Gerbang Kampus

Selamat datang di kampus Universitas Nusa Cendana, Kampus Baru, Jl. Adisucipto, Penfui, Kupang, NTT.

Rektorat Undana

Gedung Rektorat Undana tempat rektor, para pembantu rektor, para kepala biro dan jajarannya berkantor.

Kehidupan Kampus

Kampus Undana menyediakan fasilitas untuk mendorong mahasiswa aktif berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan kampus.

Praktikum Laboratorium

Undana menyelenggarakan pendidikan akademik dan pendidikan vokasi yang didukung dengan fasilitas memadai, di antaranya laboratorium.

Wisuda Sarjana dan Pascasarjana

Setiap tahun Undana mewisuda lulusan sarjana dan pascasarjana dari berbagai bidang ilmu dan pendidikan profesi.

Minggu, 31 Mei 2015

Kuliah Umum Mengenai Peningkatan Kerjasama Bidang Ketahanan Pangan, Air, Eenergi dan Perubahan Iklim oleh Direktur Research Institute for the Environment and Livelihoods dan Dekan School of Environment Charles Darwin University

Menindaklanjuti hasil pertemuan sebelumnya dan sebelumnya, Direktur Research Institute for the Environment and Livelihoods (RIEL) dan Dekan School of Environment Charles Darwin University (CDU), Prof. Andrew Campbell, berkunjung ke Undana untuk memberikan kuliah umum mengenai peningkatan kerjasama bidang ketahanan pangan, air, eenergi dan perubahan iklim kepada mahasiswa Pascasarjana Undana. Prof. Cambel berkunjung ke Undana bersama rombongan dosen dan peneliti CDU yang akan melaksanakan lokakarya penelitian AIIRA yang dipimpin oleh Dr. Penny Wurm, Deputy Dean School of Environment CDU. Kuliah umum berlangsung di Aula Gedung Pascasarjana Undana pada 26 Mei 2015 pukul 17.00 WITA, setelah sebelumnya Prof. Cambel berdiskusi mengenai proposal penelitian S3 dengan sejumlah mahasiswa S3 Ilmu Administrasi Undana. Kuliah umum yang diberikan dalam bahasa Inggris tersebut dimoderatori dan diterjemahkan oleh dan kemudian sesi diskusi dimoderatori oleh Rektor Undana Prof. Fred Benu.

Prof. Andrew Campbel memulai kuliah tamunya dengan menyampaikan topik yang akan dibahas, yang antara lain meliputi keterkaitan antara pangan, air, lahan dan energi, konsep ketahanan jangka panjang dalam menghadapi perubahan iklim, dan kebutuhan dunia untuk meningkatkan ketahanan pangan, air, dan energi yang pada akhirnya memerlukan keterpaduan antara ilmu pengetahuan dan kebijakan untuk memungkinkan terwujudnya pembangunan berkelanjutan. Prof. Campbell menggarisbawahi keterpaduan antara ilmu pengetahuan dan kebijakan mengingat penanganan isu global perubahan iklim masih sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang berbeda antar negara, terlepas dari fakta bahwa dari selueuh artikel jurnal yang dipublikasikan pada 1991-2012, misalnya, 13.950 artikel mendukung adanya perubahan iklim dan hanya 24 artikel yang menolak. Terlepas dari bukti ilmiah yang sangat kuat tersebut, Prof. Campbell menandaskan, ternyata masih banyak negara yang mengambil kebijakan yang belum pro penanganan perubahan iklim. Padahal, menurut Prof. Campbell, perubahan iklim mengancam bukan hanya negara kepulauan seperti Indonesia, tetapi juga negara benua seperti Australia.


Untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia yang jumlah penduduknya terus meningkat, produksi pertanian perlu ditingkatkan sebesar 70% pada 2050 dari produksi sekarang. Untuk meningkatkan produksi pertanian diperlukan air dan lahan. "Kita sudah pernah melakukan ini di masa lalu", kata Prof. Cambell, "tetapi perubahan iklim dan menipisnya cadangan minyak bumi dunia merupakan tantangan bagi kita semua untuk bisa mengulangi hal yang sama ke depan". Untuk memproduksi setiap kalori bahan pangan diperlukan 1 liter air tawar, padahal menurut IWMI Comprehensive Assessment of Water Management in Agriculture,70% cadangan air tawar dunia sudah digunakan sehingga ketersediaan air tawar untuk produksi pertanian akan terus menurun dari tahun ke tahun. Hal yang sama juga terjadi pada lahan, degradasi lahan yang terus meningkat akan membatasi ketersediaan lahan untuk meningkatkan produksi pangan. Prof. Campbell mengutip laporan FAO mengenai kecenderungan degradasi lahan yang menyatakan bahwa lebih dari 20% lahan budidaya, 30% lahan hutan, dan 10% lahan padang rumput telah terdegradasi. Pada saat yang sama, perubahan iklim juga berdampak terhadap keanekaragaman hayati, baik keanekaragaman hayati alami maupun keanekaragaman hayati budidaya, yang juga merupakan penopang utama ketahanan pangan.


Untuk menghadapi itu semua, kata Prof. Campbell, diperlukan kebijakan untuk tidak memisahkan pembangunan ekonomi dari emisi karbon. Kebijakan perlu didasarkan atas bukti ilmiah yang independen, bukan hanya atas bukti yang dibuat sendiri oleh pemerintah melalui lembaga yang didirikan untuk tujuan tersebut. Dalam kaitan dengan itu universitas perlu bekerjasama dengan universitas lain dan lembaga pemerintah perlu membuka pintu kerjasama dengan universitas. "Evidence-based policy bukanlah kebijakan yang didasarkan atas data yang sengaja diproduksi sendiri", tandas Prof. Cambell, "melainkan atas data pihak lain yang telah mengalami proses peer review". Hanya dengan cara membuka pintu kerjasama dengan universitas dan institusi penelitian maka pemerintah bisa mengambil kebijakan pembangunan yang benar-benar berkelanjutan, katanya melanjutkan. Pada pihak lain, universitas dan institusi penelitian juga perlu melakukan pendekatan dengan instansi pemerintah untuk mendorong terjadinya perubahan dari dalam lembaga pemerintah sendiri.

Prof. Andrew Campbell mencontohkan institusi penelitian yang dipimpinnya, Research Institute for the Environment and Livelihoods (RIEL), dalam upaya untuk mendekatkan ilmu pengetahuan dan kebijakan guna semakin mendorong pengambilan kebijakan yang semakin pro pembangunan berkelanjutan. Untuk itu RIEL dikembangkan sebagai institusi penelitian lintas disiplin yang saat ini mempekerjakan 50 peneliti, 6 tenaga administrasi, 14 teknisi, dan 75 mahasiswa S3 dalam berbagai bidang ilmu untuk melakukan penelitian dalam bidang-bidang penghidupan berbasis sumberdaya alam, ekologi dan pengelolaan pesisir dan laut, ekologi dan pengelolaan perairan tawar, serta pengelolaan savana dan konservasi kehidupan liar. RIEL mengkoordinasikan pusat-pusat, yang terdiri atas Center for Renewable Energy, Darwin Centre for Bushfire Research, Environmental Chemistry and Microbiology Unit, North Australian Biodiversity NERP Hub, dan North Australian Marine Research Alliance. Saat ini RIEL mengoperasikan anggaran sekitar A$ 10 milyar per tahun, mempublikasikan 200 artikel dalam jurnal ilmiah peer review per tahun, dan menduduki peringkat 4 di antara institusi sejenis lainnya di Australia.

RIEL telah bekerjasama dalam banyak bidang dengan Undana sebagai bagian dari upaya untuk memfokuskan diri meningkatkan kerjasama sub-regional Australia Utara, Asia Tenggara, dan Pasifik. Ke depan, RIEL akan berupaya untuk meningkatkan kerjasama dalam penelitian mengenai karbon biru (blue carbon), ketahanan pangan (food security), dan tatakelola (governance) dalam kerangka keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan kebijakan. "Undana tentu saja akan menjadi mitra kerjasama yang penting", tandas Prof. Campbell, "untuk bersama-sama membangun jejaring pertukaran mahasiswa dan dosen, membangun kurikulum bersama dalam bidang ilmu lingkungan, dan mengembangkan program penelitian bersama dalam bidang-bidang pengelolaan DAS dan sistem irigasi lahan kering, konservasi hutan dan pilihan pengembangan agroforestry, ketahanan pangan dalam menghadapi iklim yang berubah, pengelolaan api dan ketahanan menghadapi bencana, perencanaan wilayah berbasis SIG, pengembangan pilihan penghidupan yang berkelanjutan, pengembangan tatakelola pengelolaan sumberdaya alam, dan pengembangan sumber energi terbarukan". "Eastern Indonesia and Northern Australia have shared interests, and UNDANA and CDU have much to gain from working together. Now is the time to show leadership at all levels. Let's take the opportunity", kata Prof. Cambel menutup paparan kuliah umumnya.

Kuliah tamu diakhir dengan sesi diskusi yang dipandu langsung oleh Rektor Undana Prof. Fred Benu. Minat mahasiswa untuk menyampaikan pertanyaan cukup tinggi, tetapi waktu yang tersedia terbatas sehingga Prof. Cambell hanya dapat menanggapi beberapa pertanyaan, di antaranya pertanyaan mengenai masalah pencemaran Laut Timor. Menjawab pertanyaan mengenai hal tersebut, Prof. Cambell kembali menandaskan pentingnya keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan kebijakan dan perlunya peningkatan kerjasama antara Australia Utara dan Indonesia bagian Timur. Acara kuliah tamu diakhiri dengan jamuan makan malam yang diadakan oleh Program Pascasarjana Undana dengan dihadiri oleh Asisten Direktur I Bidang Akademik Prof. Jimmy Pello dan Asisten Direktur Bidang Administrasi dan Keuangan Dr. Jauhari Effendi. Direktur Program Pascasarjana Prof. Alo Liliweri berhalangan hadir karena mengikuti pertemuan Forum Direktur Pascasarjana di Palu, Sulawesi Tenggara, sedangkan Asisten Direktur III Bidang Kerjasama tidak menghadiri kegiatan kuliah umum maupun jamuan makan malam dengan alasan sedang sibuk dengan urusan lain. Sebelum meninggalkan Kupang pada 27 Mei 2015 siang, Prof. Andrew Cambell sempat berkeliling kampus dan Kota Kupang dengan diantar sendiri oleh PR IV Undana Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D.

Sabtu, 30 Mei 2015

Pembantu Rektor IV Memberikan Kuliah Umum Mengenai Kerjasama di Universitas Mahasaraswati, Denpasar, Bali

Pada saat makan jamuan makan malam 2015 Secure Food Futures: Biosecurity and Food Security Summit di Made's Warung Restaurant pada hari pertama 21 Mei 2015, Rektor Universitas Mahasaraswati (Unmas) Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd., meminta mantan CEO Plant Biosecurity Cooperative Research Centre (PBCRC) Prof John Lovett dan PR IV Undana Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D., untuk memberikan kuliah umum di Universitas Mahasaraswati (Unmas). Permintaan yang sama diulangi lagi oleh Ketua Panitia 2015 Secure Food Futures: Biosecurity and Food Security Summit Dr. Ir. Eka Martiningsih, MSi., dilanjutkan oleh guru besar Unmas Prof. Dr. Kaler Surata, MSi. PR IV Undana diminta memberikan kuliah umum mengenai kerjasama karena selama menjabat yang belum genap satu tahun dinilai berhasil mengembangkan kerjasama Undana dengan berbagai pihak, khususnya dengan pihak luar negeri. Menanggapi permintaan memberikan kuliah umum tersebut, PR IV Undana menyanggupi untuk sekedar berbagi pengalaman mengingat kerjasama yang dibangun selama ini sebagian besar masih berupa rintisan dan sebagian yang sudah operasional merupakan kelanjutan dari kerjasama yang dirintis sebelumnya.

Kuliah umum berlangsung di Aula Unmas pada 23 Mei 2013 mulai pada pukul 9.00 WITA dan dibuka dan dimoderatori langsung oleh Rektor Unmas Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd. Dalam kata sambutannya yang disampaikan dalam bahasa Inggris, Rektor Unmas menggarisbawahi pentingnya kerjasama dan memaparkan sejumlah kegiatan kerjasama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang telah dilaksanakan oleh Unmas. Antara lain beliau menguraikan peran Unmas dalam penetapan the Sistem Subak sebagai Manifestasi Filsafat Tri Hita Karana sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage), melalui kerjasama dengan Prof. Stephen Lansing dari University of Arizona, yang dengan dukungan dana dari National Science Foundation (NSF), telah melakukan penelitian mengenai subak sejak 1970-an dan menulis banyak buku dan artikel jurnal ilmiah mengenai sistem subak di Bali, antara lain Perfect Order: Recognizing Complexity in Bali, Priests and Programmers: Technologies of Power in the Engineered Landscape of Bali, The Balinese, and The Three Worlds of Bali. Untuk itu, kata Rektor Unmas, diperlukan berbagi pengalaman dengan universitas lain untuk terus meningkatkan kerjasama yang selama ini telah dirintis.

Dalam paparannya, Prof. John Lovett menjelaskan mengenai Plant Biosecurity Cooperative Research Centre (PBCRC) sebagai institusi yang memang dibangun dengan tujuan utama melakukan kerjasama. Cooperative Research Centre (CRC) merupakan program kerjasama yang dirintis Australia sejak 1990 untuk pengembangan industri yang melibatkan peneliti, industri, dan masyarakat. Saat ini terdapat 35 CRC aktif dalam bidang kesehatan, pengelolaan hama dalam arti luas, pengelolaan kebakaran dan bencana, pasar finansial, serta industri automotif dan luar angkasa. Kerjasama trilateral peneliti, industri, dan masyarakat tersebut telah menghasilkan banyak produk teknologi dan layanan baru yang dapat membantu mengatasi masalah penting ekonomi, lingkungan, dan sosial nyang dihadapi Australia. Di antara 35 CRC aktif tersebut, PBCRC, yang didirikan pada 2005 semula dengan nama Coperative Research Centre for National Plant Biosecurity (CRCNPB), mengkhususkan diri dalam kerjasama mengenai ketahanan hayati tumbuhan dalam kaitan dengan prioritas penelitian untuk menjaga Australia dari ancaman hama dan penyakit invasif serta ancaman kriminal dan terorisme.

Prof. Lovett menggarisbawahi kerjasama bidang pendidikan melalui pemberian beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S3 bidang ketahanan hayati di universitas-universitas anggota PBCRC. Melalui program beasiswa tersebut, PBCRC telah menghasilkan dua orang alumni (disebut PBCRC scholar) di Indonesia, yaitu Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D., dan Theofransus Litaay, SH, LLM, Ph.D., keduanya menyelesaikan S3 di Charles Darwin University. PBCRC akan terus berusaha meningkatkan kerjasama dengan universitas-universitas di Indonesia, khususnya dengan universitas-universitas yang tergabung dalam konsorsium ketahanan hayati. Pada kesempatan tersebut Prof. Lovett menjelaskan kerjasama dalam bidang deteksi dan peringatan dini yang akan dimulai dengan upaya untuk merealisasikan pemasangan mikroskop jarak jauh (remote microscope) di Undana yang sampai saat ini masih tertunda pelaksanaannya. Prof. Lovet menjanjikan akan mengusahakan pemasangan mikroskop jarak jauh tersebut dapat segera direalisasikan.

PR IV Undana memaparkan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menggalang kerjasama. Langkah penting tetapi sering diabaikan adalah mengenali kekuatan dan kelemahan serta tantangan dan peluang. Berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang tersebut, universitas perlu menetapkan fokus kerjasama dan kemudian merencanakan serta menyiapkan infrastruktur dan pendanaan untuk pelaksanaan kerjasama. PR IV Undana selanjutnya memaparkan pengembangan lahan kering kepulauan sebagai fokus kerjasama Undana. Menurut PR IV Undana, Undana terletak pada lahan kering kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan yang merupakan satu-satunya kawasan lahan kering yang terletak di wilayah kepulauan. Lahan kering lainnya seluruhnya berada di wilayah benua, termasuk lahan kering di sebagian besar wilayah benua Australia yang mendeterminasi wilayah lahan kering kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan. Oleh karena itu, sudah seharusnya Undana menonjolkan keunikan lokasi geografiknya tersebut sebagai fokus kerjasama. Penonjolan kekhusuan lokasi geografik lahan kering kepulauan tersebut sejalan pula dengan tuntutan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sejumlah provinsi lainnya untuk diakui berstatus sebagai provinsi kepulauan oleh pemerintah pusat.

Dalam paparannya, PR IV Undana menggarisbawahi peranan dosen dalam merintis kerjasama, terutama dengan memulai kerjasama dengan universitas almamaternya. Untuk itu, ketika melanjutkan pendidikan, seorang dosen seharusnya tidak hanya sekedar mengejar lulus cum laude dalam waktu sesingkat-singkatnya, tetapi juga membangun jejaring dengan para dosen dan peneliti di universitas almamaternya. Dosen yang sedang melanjutkan studi juga perlu mempelajari struktur organisasi dan tatakelola pelaksanaan kerjasama oleh lembaga atau pusat penelitian di universitas almamaternya dan berusaha merintis hubungan dengan lembaga dan pusat penelitian tersebut. Setelah selesai mengikuti pendidikan, seorang dosen seharusnya tidak boleh putus hubungan dengan universitas almamaternya, melainkan terus menjalin hubungan, khususnya dengan lembaga atau pusat penelitian di universitas almamater masing-masing. Peranan universitas, menurut PR IV Undana, adalah memfasilitasi pelembagaan kerjasama yang dirintis oleh para dosen, bukan mencarikan proyek kerjasama untuk para dosen sebagaimana anggapan yang masih dipegang oleh banyak dosen sampai saat ini. PR IV Undana mencontohkan berbagai proyek kerjasama Undana dengan CDU, khususnya dengan Research Institute for the Environment and Livelihoods (RIEL) dan dengan The Northern Institute, yang dirintis jauh sebelum menjabat sebagai PR IV, yang kemudian ditingkatkan ketika melanjutkan studi di CDU.

Kuliah tamu yang semula direncanakan diisi oleh dua orang, dalam pelaksanaannya diisi oleh tiga orang karena menurut panitia, ada permintaan dari The Pacific Institute untuk memaparkan kerjasama dalam bidang hukum kesehatan. Pada kesempatan itu, Dr. ..., dari The Pacific Institute memaparkan peluang kerjasama pengembangan S2 dalam bidang hukum kesehatan untuk mengantisipasi permasalahan hukum yang dihadapi oleh institusi maupun praktisi kesehatan yang akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat. Pembukaan program S2 dalam bidang hukum kesehatan akan menjadi sumber pemasukan bagi universitas mengingat sampai saat ini masih sangat sedikit universitas yang membuka program S2 bidang hukum kesehatan. 

Acara kuliah tamu yang berlangsung dengan menggunakan bahasa Inggris diakhiri dengan pidato penutupan dan penyerahan cindra mata oleh Rektor Unmas, foto bersama, dan makan siang. Dalam pidato penutupannya, Rektor Unmas menyampaikan terima kasih atas kesediaan para narasumber untuk menyampaikan kuliah tamu pada pagi tersebut dan mengharapkan agar dirintis kerjasama yang semakin intensif dengan Unmas. Menanggapi hal tersebut, pada saat  foto bersama yang dilakukan di bagian depan aula dengan latar belakang spanduk kuliah umum, PR IV Undana menyampaikan kepada PR IV Unmas Dr. Ir. I Ketut Arnawa, MP, rencana kerjasama untuk membangun jaringan deteksi dan peringatan dini ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan yang akan dibicarakan lebih lanjut pada pertemuan selanjutnya.

PR IV Memimpin Delegasi Undana Menghadiri 2015 Secure Food Futures: Biosecurity and Food Security Summit di Denpasar, Bali

Sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan pendahuluan pada Februari 2015, diselenggarakan 2015 Secure Food Futures: Biosecurity and Food Security Summit pada 21-22 Mei 2015. Pertemuan tingkat tinggi bilateral tersebut diselenggarakan oleh Plant Biosecurity Cooperative Research Centre (PBCRC), Australia, bekerjasama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana), Universitas Mahasaraswati (Unmas), Universitas Satya Wacana (UKSW), serta Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dan The Pacific Institute, dengan Unmas dan Kopertis Wilayah VIII sebagai tuan rumah. Pertemuan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menggalang kerjasama yang lebih erat antara pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia dalam bidang pertanian dalam 4 tahun ke depan hingga 2019 dengan memperkuat ketahanan hayati tumbuhan (plant biosecurity) melalui pengembangan jejaring kerjasama ketahanan hayati global. Acara pertemuan dilaksanakan di Aula Kantor Kopertis Wilayah VIII, Jalan Trengguli, Banjar Tembau, Penatih, Denpasar, Bali.

Pertemuan tingkat tinggi bilateral tersebut diharapkan merupakan kelanjutan dari kerjasama yang telah dirintis sejak 2008 dengan melakukan penelitian mengenai berbagai aspek ketahanan hayati di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan memberikan beasiswa kepada dosen dan aparat pemerintah daerah untuk melanjutkan studi pada tingkat S2 dan S3 di perguruan tinggi di Australia dan Indonesia. Sebagai kelanjutan dari kerjasama tersebut, pertemuan bilateral tingkat tinggi kali ini diharapkan dapat menghasilkan dokumen kebijakan berbasis penelitian yang disebut ‘Thought Leadership Paper (TLP)’. Dokumen ini akan memberikan kerangka strategi bagi penguatan ketahanan hayati pertanian di Indonesia, khususnya pengembangan jejaring ketahanan hayati pertanian kawasan timur Indonesia. Dokumen ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan kerjasama bilateral strategis bagi pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia dalam bidang ketahanan hayati dan ketahanan pangan yang diharapkan akan berlangsung sampai pada 2018 melalui kegiatan penelitian yang akan didukung oleh PBCRC. Informasi mengenai latar belakang pertemuan tingkat ini dapat diperoleh dari Kerangka Acuan Kegiatan.


Pada pertemuan tingkat tinggi tersebut, delegasi Undana dipimpin oleh Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama dan Alumni Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D., dengan anggota Ir. Yosep Seran Mau, M.Sc., Ph.D., Ir. Jenny E.R. Markus, M.App.Sc., dan Remi L. Natonis, SP, MSi. Sesuai dengan kesepakatan, setiap universitas pelaksana berkewajiban menyusun dan menyajikan makalah TLP dengan topik sebagai berikut:
  • Universitas Nusa Cendana: prakarsa ilmu dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan memberikan peringatan dini (early warning) dan melakukan deteksi efektif (effective detection) dalam menghadapi ancaman ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan;
  • Universitas Kristen Satya Wacana: integrasi kebijakan yang berkaitan dengan ketahanan hayati (biosecurity policy integration) antar sktor pemerintahan, khususnya kebijakan mengenai karantina;
  • Universitas Sam Ratulangi: kaitan antara keanekaragaman hayati (biodiversity) dengan ketahanan hayati dalam mengamankan pangan dalam jangka pendek dan jangka panjang, khususnya guna mengurangi kehilangan hasil sepanjang rantai produksi dan distribusi pangan; dan
  • Universitas Mahasaraswati: pengembangan ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan melalui pendidikan dan latihan (education and training).
Makalah TLP yang disusun dan disajikan Undana berjudul Science and technology initiatives: Use of ICT to enhance detection and early warning of threats to biosecurity, biodiversity, and food security (Prakarsa ilmu dan teknologi: Penggunaan TIK untuk meningkatkan kemampuan deteksi dan peringatan dini ancaman ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan). Dalam makalah tersebut diuraikan kemajuan yang telah dicapai dalam ilmu dan teknologi untuk melakukan deteksi dan peringatan dini hama, penyakit, dan gulma yang mengancam ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan. Namun kemajuan ilmu dan teknologi tersebut baru dapat dinikmati oleh negara-negara maju, sedangkan negara-negara sedang berkembang menghadapi kendala sumberdaya, baik sumberdaya manusia, infrastruktur, maupun pembiayaan. Oleh karena itu, kesenjangan itu perlu dijembatani, antara lain dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan penggalangan partisipasi masyarakat. TIK yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah mikroskop jarak jauh (remote microscope) untuk menghbungkan universitas di Indonesia dengan PBCRC dan FrontlineSMS untuk menghubungkan universitas dengan masyarakat di sekitarnya. Mikroskop jarak jauh memerlukan jaringan Internet untuk mengoperasikan, sedangkan FrontlineSMS memerlukan hanya sebuah komputer notebook dan telepon seluler untuk menghubungkan masyarakat dengan universitas. Makalah TLP tersebut dipresentasikan oleh I Wayan Mudita pada sesi terakhir hari kedua.

Penggunaan Internet sebenarnya sudah sangat luas di Indonesia. Hampir setiap instansi pemerintah dari pusat sampai kabuopaten mempunyai website. Tetapi website tersebut pada umumnya masih digunakan lebih sebagai sarana unjuk diri, belum untuk kepentingan pelayanan masyarakat. Hal ini sangat berbeda dengan website di negara-negara maju, yang telah menggunakan website untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Di negara-negara maju, bukan hanya pemerintah melainkan juga banyak lembaga non-pemerintah yang membangun website untuk memberikan pelayanan, di antaranya memberikan informasi mengenai hama, penyakit, dan gulma. Coba misalnya kunjungi website Pest and Disease Image Library (PaDIL) yang dibangun oleh PBCRC untuk memberikan informasi gratis mengenai hama dan penyakit serta Invasive Species Compendium yang dibangun oleh CABI dan Global Invasive Species Compendium yang dikelola oleh the Invasive Species Specialist Group (ISSG) dari the IUCN Species Survival Commission.untuk memberikan informasi gratis mengenai spesies invasif. Pemerintah Indonesia seharusnya dapat membangun website semacam itu dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia, tetapi entah mengapa hal tersebut tidak dilakukan. Sumberdaya dalam jaringan mengenai keanekaragaman hayati dapat diperoleh antara lain dari Island Biodiversity and Invasive Species (IBIS).

Oleh karena itu, universitas perlu memprakarsai pembangunan website semacam itu untuk memberikan layanan deteksi dan peringatan dini ancaman terhadap ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan. Dengan tersedianya website semacam itu, universitas dapat memberikan layanan deteksi dan peringatan dini kepada petani di perdesaan dengan menggunakan layanan FrontlineSMS dan kepada petani di sekitar perkotaan dengan menggunakan layanan Ushahidi. Layanan FrontlineSMS dan Ushahidi yang tersedia gratis tersebut dapat digabungkan dengan layanan sistem informasi geografik dalam jaringan seperti Google Maps, Bing Maps, OpenStreetMap, dsb., yang juga tersedia gratis, dan layanan identifikasi semacam IDtools dan Delta Keys untuk memberikan informasi mengenai sebaran hama, penyakit, dan gulma. Tersedianya layanan semacam itu diharapkan dapat meningkatkan kapasitas deteksi dan peringatan dini terhadap ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan yang sampai saat ini masih sangat rendah. Informasi yang diperoleh dari masyarakat petani dapat ditindaklanjuti dengan menggunakan mikroskop jarak jauh guna melakukan identifikasi terhadap hama, penyakit, atau gulma baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.

Pada sesi pertama disajikan makalah dan presentasi oleh pembicara kunci yang berasal dari BAPPENAS, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Sesi-sesi selanjutnya pada hari kedua diisi dengan presentasi oleh peserta mendaftar, demikian juga dengan sesi-sesi awal hari kedua. Pada hari kedua, Ir. Yosep Seran Mau, M.Sc., Ph.D., dan Ir. Jenny E.R. Markus, M.App.Sc. masing-masing menjadi moderator sesi pertama dan sesi kedua. Ir. Yosep Seran Mau dan Ir. Jenny E.R. Markus menyajikan poster, masing-masing bertajuk Varietal resistance and yield loss caused by late leaf spot disease in local Rote and Indonesian released gGroundnut varieties. PR IV Undana juga bertugas menjadi moderator sesi terakhir hari kedua untuk melaksanakan semacam diskusi kelompok fokus untuk menghasilkan rumusan hasil pertemuan tingkat tinggi. Hasil diskusi tersebut selanjutnya akan dirumuskan lebih lanjut oleh panitia inti menjadi sejumlah kegiatan yang perlu dilaksanakan sampai tahun 2019. Pada sesi penutupan, Prof. Ian Falk, penghubung PBCRC dan Panitia, meminta agar setiap universitas anggota konsorsium memfinalisasi TLP yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Undana telah mengirimkan revisi TLP yang menjadi tanggung jawabnya dan sesuai dengan topik TLP tersebut berharap dapat membangun basisdata hama, penyakit, dan gulma untuk kemudian ditayangkan melalui website sebagai informasi bagi masyarakat yang kemudian disampaikan kepada petani dengan menggunakan layanan FrontlineSMS.

Rektor, Pembantu Rektor II, dan Pembantu Rektor IV Menghadiri Trilateral University Roundtable Meeting II di Charles Darwin University, Darwin, NT, Australia

Menindaklanjuti hasil Trilateral University Roundtable Meeting (TURM) I yang diselenggarakan di Dili pada 2014, diselenggarakan TURM II di Darwin, NT, Australia, pada 11-12 Mei 2015. Yang menjadi tuan rumah TURM II kali ini adalah Charles Darwin University (CDU), yang merupakan satu-satunya universitas Australia yang tergabung dalam gabungan universitas-universitas dari tiga negara bertetangga, Indonesia, Australia, dan Timor Leste. TURM II dihadiri oleh seluruh anggota The Indonesia-Timor Leste-Australia Consortium yang terdiri atas Universitas Nusa Cendana (Undana), Universitas Mataram (Unram), Universitas Udayana (Unud), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Universitas Hasanuddin (Unhas), Universidade Nacional Timor Lorosaé, Dili Institute of Technology (DIT), dan CDU sebagai tuan rumah. TURM II dengan tema The Role of Universities in Integrated Sub-Regional Development tersebut dimaksudkan untuk memfasilitasi pengembangan kapasitas kerjasama di kawasan sub-regional Indonesia Timur, Timor Leste, dan Australia.

TURM II dibuka langsung oleh Vice-Chancellor CDU Prof. Simon Maddocks, didampingi oleh Deputy Vice Chancellor Prof. Sharon Bell. Selain itu juga ikut memberikan sambutan perwakilan pemerintah Northern Territory, Konsul Indonesia di Darwin, dan Rektor UNTL mewakili pemerintah Timor Leste. Konsul Indonesia berhalangan karena sedang berada di Alice Spring, sehingga baru bisa hadir pada hari kedua. Vice Chancellor CDU menekankan arti penting peran serta universitas dalam meningkatkan kerjasama tiga negara Australia-Indonesia-Timor Leste. Hal yang samna juga disampaikan oleh perwakilan Konsulat Indonesia di Darwin dan Rektor UNTL yang mewakili pemerintah Timor Leste. Pada hari pertama dilaksanakan presentasi pelaksanaan kegiatan kerjasama sejak pertemuan pertama di Dili pada tahun sebelumnya. Pada kesempatan tersebut, Rektor Undana mempresentasikan berbagai kegiatan kerjasama dengan CDU maupun kerjasama dengan universitas di Timor Leste dan dengan universitas lain di Indonesia. Sebelum jamuan makan siang dilakukan penandatanganan perpanjangan nota kesepahaman antara Vice Chancellor CDU dengan sejumlah rektor, termasuk dengan Rektor Undana Prof. Fred Benu. Jamuan makan siang diselenggarakan di Indonesian Garden, yang terletak bersebelahan dengan Chancellery Building. Pada jamuan makan siang tersebut, Vice Chancellor CDU Prof. Simon Maddock terlibat pembicaraan serius dengan Rektor Undana Prof. Fred Benu.




Hari kedua diawali dengan presentasi oleh Konsul Indonesia di Darwin mengenai pentinngnya kerjasama ketiga kawasan sub-regional, khususnya dalam kaitan dengan program tol laut yang digagas oleh Presiden Joko Widodo. Pada hari kedua dilaksanakan presentasi tematik oleh para peserta dan perwakilan mahasiswa dan alumni. Pada presentasi tematik mengenai lingkungan hidup dipresentasikan kerjasama antara Research Institute for the Environment and Livelihoods (RIEL) dan Undana, antara lain mengenai pengelolaan api, GIS kesehatan Provinsi NTT, GIS kerusakan hutan di Timor Barat, tambang rakyat di NTT dan Sulawesi Tenggara, dsb. Pada hari kedua juga dibahas tema-tema kerjasama dan universitas yang ditetapkan sebagai pusat unggulan untuk setiap tema. Undana dipercaya sebagai pusat unggulan bidang pertanian lahan kering dan lingkungan hidup. Penetapan tersebut didasarkan atas pola ilmiah Undana untuk menjadi pusat pengembangan lahan kering kepulauan dan kerjasama Undana dengan RIEL yang sudah terbina sangat lama dan semakin intensif. Hari kedua diakhiri dengan penetapan lokasi TURM III 2016 dan Undana terpilih secara aklamasi sebagai lokasi pertemuan.




TURM II 2015 diakhiri dengan jamuan makan malam di restoran Darwin Harbour Cruises di kapal layar Tumlaren. Kapal berangkat dari dermaga di Darwin Waterfront, berlayar pada pukul 17.15 waktu setempat ke arah pesisir barat kota Darwin untuk menikmati matahari terbenam dan kembali untuk menikmati pemandangan kota Darwin pada malam hari. Di kapal disajikan hidangan khas Darwin disertai dengan minuman anggur.


Rektor Undana didampingi oleh Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama dan Alumni dan Pembantu Rektor II Bidang Administrasi dan Keuangan masih melakukan pertemuan dengan pihak CDU di luar acara TURM II. Pertemuan pertama dilakukan dengan Direktur Northern Institute CDU Prof. Ruth Wallace untuk membahas pembimbingan bersama mahasiswa S3 Administrasi Publik Undana. Pertemuan dengan Prof. Ruth Wallace berlangsung sore hari pada hari pertama di Adina Vibe Hotel, Darwin Waterfront. Pada pertemuan tersebut disepakati bahwa Prof. Ruth Wallace akan berkunjung ke Kupang pada Juni 2015 untuk bertemu dengan mahasiswa Undana. Pertemuan kedua dengan Direktur RIEL dan Dekan School of Environment CDU, Prof Andrew Campbell. Pertemuan berlangsung di kantor RIEL di kampus CDU pada 13 Mei 2015, dihadiri oleh staf RIEL lainnya, antara lain Dr. Penny Wurm dan Rohan Fisher. Pertemuan ini membahas agenda kegiatan penelitian ASM dan kemungkinan pelibatan mahasiswa S2 ilmu lingkungan dalam kegiatan penelitian tersebut. Disepakati bahwa Direktur RIEL dan Dekan School of Environment Prof. Andrew Campbell akan berkunjung ke Undana akhir Mei 2015.


Hari terakhir berada di Darwin dimanfaatkan untuk bertemu dengan orang-orang Indonesia, khususnya asal NTT, yang tinggal di Darwin. Pada hari terakhir tersebut Rektor juga berkesempatan berkeliling dengan berjalan kaki di kawasan pusat kota darwin dan naik bis kota melihat-lihat kawasan kota Darwin di luar pusat kota. Menurut Rektor, Darwin merupakan kota kecil saja, lebih kecil dari Perth di mana dahulu Rektor menyelesaikan pendidikan S3, tetapi tertata sangat rapi. Rektor dan rombongan kembali ke Kupang dengan penerbangan malam dari Darwin menuju Denpasar, dilanjutkan dengan penerbangan lanjutan keesokan harinya dari Denpasar ke Kupang.


Rabu, 06 Mei 2015

Kesempatan Menyajikan Makalah pada Pertemuan Tingkat Tinggi Bilateral Australia-Indonesia '2015 Secure Food Future Summit: Biosecurity for Food Security'

Bekerjasama dengan Plant Biosecurity Cooperative Research Centre (PBCRC), Canberra, Australia, dan Universitas Mahasaraswati, Denpasar, Bali, sebagai tuan rumah, Universitas Nusa Cendana bersama dengan Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah, serta Universitas Sam Ratulangi dan The Pacific Institute, Manado, Sulawesi Utara, bermitra menyelenggarakan 2015 Secure Food Futures: Biosecurity and Food Security. Pertemuan tingkat tinggi bilateral Australia dan Indonesia ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menggalang kerjasama yang lebih erat antara pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia dalam bidang pertanian dalam 4 tahun ke depan hingga 2019 dengan memperkuat ketahanan hayati tumbuhan (plant biosecurity) melalui pengembangan jejaring kerjasama ketahanan hayati global. Pertemuan tingkat tinggi tersebut akan diselenggarakan di Kopertis Wilayah VIII, Jalan Trengguli, Banjar Tembau, Penatih, Denpasar, Bali, pada 21-22 Mei 2015.

Pertemuan tingkat tinggi bilateral tersebut diharapkan merupakan kelanjutan dari kerjasama yang telah dirintis sejak 2008 dengan melakukan penelitian mengenai berbagai aspek ketahanan hayati di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan memberikan beasiswa kepada dosen dan aparat pemerintah daerah untuk melanjutkan studi pada tingkat S2 dan S3 di perguruan tinggi di Australia dan Indonesia. Sebagai kelanjutan dari kerjasama tersebut, pertemuan bilateral tingkat tinggi kali ini diharapkan dapat menghasilkan dokumen kebijakan berbasis penelitian yang disebut ‘Thought Leadership Paper’. Dokumen ini akan memberikan kerangka strategi bagi penguatan ketahanan hayati pertanian di Indonesia, khususnya pengembangan jejaring ketahanan hayati pertanian kawasan timur Indonesia. Dokumen ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan kerjasama bilateral strategis bagi pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia dalam bidang ketahanan hayati dan ketahanan pangan yang diharapkan akan berlangsung sampai pada 2018 melalui kegiatan penelitian yang akan didukung oleh PBCRC. Informasi mengenai latar belakang pertemuan tingkat ini dapat diperoleh dari Kerangka Acuan Kegiatan.


Thoght Leadership Paper tersebut akan disusun bersama oleh seluruh universitas anggota konsorsium dengan tugas khusus setiap universitas sebagai berikut:
  • Universitas Nusa Cendana: prakarsa ilmu dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan memberikan peringatan dini (early warning) dan melakukan deteksi efektif (effective detection) dalam menghadapi ancaman ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan, silahkan unduh dan baca abstrak;
  • Universitas Kristen Satya Wacana: integrasi kebijakan yang berkaitan dengan ketahanan hayati (biosecurity policy integration) antar sktor pemerintahan, khususnya kebijakan mengenai karantina;
  • Universitas Sam Ratulangi: kaitan antara keanekaragaman hayati (biodiversity) dengan ketahanan hayati dalam mengamankan pangan dalam jangka pendek dan jangka panjang, khususnya guna mengurangi kehilangan hasil sepanjang rantai produksi dan distribusi pangan; dan
  • Universitas Mahasaraswati: pengembangan ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan melalui pendidikan dan latihan (education and training).

Berkaitan dengan tugas khusus tersebut, peserta asal Provinsi Nusa Tenggara Timur diharapkan menyesuaikan topik makalah presentasi oral dan posternya dengan topik yang dialokasikan untuk Universitas Nusa Cendana, yaitu ilmu dan teknologi yang diperlukan untuk melakukan peringatan dini dan deteksi efektif. Peringatan dini berkaitan dengan teknik dan peralatan untuk melakukan identifikasi organisme yang menimbulkan ancaman baru terhadap ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan serta teknik dan peralatan yang diperlukan untuk pengambilan keputusan secara cepat oleh pihak yang berwenang. Pada pihak lain, deteksi secara cepat berkaitan dengan teknik dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan pemantauan dan identifikasi organisme, baik yang lama maupun baru, yang menimbulkan masalah ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan.


Pertemuan tingkat tinggi tersebut menghadirkan pejabat tinggi dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebagai penyaji kunci (keynote speakers). Pertemuan tingkat tinggi bilateral ini terbuka bagi umum, khususnya bagi kalangan yang bertanggung jawab dalam bidang ketahanan hayati (misalnya karantina pertanian), kalangan pengambil kebijakan dalam bidang pertanian, peternakan, kelautan, kehutanan, dan perdagangan, serta dosen, peneliti, dan praktisi dalam bidang pertanian, peternakan, kelautan, kehutanan, dan pariwisata untuk menyajikan hasil penelitian melalui presentasi oral maupun poster. Untuk memperoleh informasi lebih lengkap mengenai pertemuan tingkat tinggi tersebut, silahkan unduh brosur. Untuk menyiapkan makalah dan slide presentasi, silahkan unduh dan gunakan panduan penyiapan makalah dan slide presentasi, sedangkan untuk menyiapkan poster, silahkan unduh dan gunakan panduan penyiapan poster. Penyajian makalah melalui presentasi oral atau poster dikenakan biaya Rp 500.000,- yang untuk pembayarannya silahkan menghubungi panitia.

Informasi lebih lanjut mengenai pertemuan tingkat tinggi bilateral ini dapat diperoleh dari Panitian Penyelenggara. Silahkan hubungi Agus Pramerta melalui ponsel 081805464183 atau email putuagus1708@gmail.com untuk hal-hal yang berkaitan dengan penyiapan makalah, abstrak, dan slide presentasi oral dan menghubungi Agus Wahyudi melalui ponsel 08174721297 atau email salasa.gm@gmail.com untuk hal-hal yang berkaitan dengan penyiiapan poster dan pemasukan abstrak poster. Pemasukan abstrak makalah presentasi oral dan abstrak poster diperpanjang sampai 20 Mei 2015. Untuk yang berada di Kupang dan sekitarnya, informasi lebih lanjut dapat diperoleh dari Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama Undana melalui email pr4@undana.ac.id atau dari Ir. Yosep Seran Mau, M.Sc., Ph.D., melalui ponsel 081392990010 atau email yosepmau@yahoo.com, dari Ir. Jenny E.R. Markus, M.App.Sc., melalui ponsel 0811384056 atau email jenny_erm@yahoo.com, dan dari Remi L. Natonis, SP, MSi., melalui ponsel 085253278499 atau email remi.natonis@gmail.com.

Bagi Anda yang berada di Kota Kupang dan sekitarnya, silahkan masukkan abstrak makalah atau abstrak poster melalui kotak MediaFire FileDrop di bawah ini:


Kami akan membantu mengirimkan file yang kami terima kepada Panitia Penyelenggara sesuai dengan batas waktu penerimaan file yang telah ditetapkan.

Minggu, 03 Mei 2015

Rektor dan Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama dan Alumni Menghadiri Simposium Tambang Rakyat dan Tambang Skala Kecil di Charles Darwin University

Rektor Undana Prof. Fred Benu dan Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama dan Alumni Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D., diundang menghadiri Symposium & Senior Visit for the GPFD Artisanal and Small-scale Mining for Development in Eastern Indonesia yang diselenggarakan oleh Charles Darwin University di Darwin, Northern Teritorry, pada 28 April sampai 1 Mei 2015. Rektor Undana diundang dalam kapasitas Undana sebagai anggota tim inti penelitian tambang rakyat dan tambang sekala kecil yang didanai oleh GPFD (Government Partnership for Development). GPFD merupakan skema bantuan Pemerintah Australia melalui Department of Foreign Affairs and Trade kepada negara-negara sedang berkembang. Selain Undana, anggota tim inti penelitian yang dikoordinasikan oleh Charles Darwin University tersebut adalah Australian National University (ANU), Canberra, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Nusa Tenggara Timur (BLHD Prov. NTT), Kupang, dan Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari. Selain dihadiri anggota inti, simposium tersebut juga dihadiri oleh para pemangku kepentingan di lokasi penelitian, di antaranya Kepala Dinas Pertambangan Provinsi NTT, Kepala Dinas Pertambangan Provinsi Sulawesi Tenggara, Bupati Kupang Provinsi NTT, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Kepala BLHD Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara, dan perwakilan Asosiasi Pertambangan Rakyat Indonesia (APRI) dan LSM BaliFocus.

Keberangkatan Rektor dan Pembantu Rektor IV dalam simposium tersebut sepenuhnya dibiayai oleh melalui anggaran penelitian. Rencananya Rektor dan Pembantu Rektor IV berangkat pada 27 April 2015 pagi dengan penerbangan Wings Air, tetapi karena berangkat terlalu pagi dan harus transit, maka keberangkatan dialihkan dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia. Namun ternyata penerbangan Garuda Indonesia pagi hari dibatalkan sehingga baru bisa berangkat dengan penerbangan Garuda Indonesia siang hari dengan transit cukup lama di Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya. Akibatnya, penerbangan tidak bisa dilanjutkan karena penerbangan AirAsia Indonesia Denpasar-Darwin berangkat pukul 13.30 ketika penerbangan Garuda baru tiba di Denpasar. Karena keterlambatan disebabkan oleh pihak Garuda Indonesia maka penerbangan ke Darwin dilanjutkan dengan menggunakan penerbangan Jetstar dengan biaya dari Garuda Indonesia. Rektor dan Pembantu Rektor IV tiba di Darwin menjelang tengah malam dan langsung menuju penginapan Travelodge Mirambeena Resort.



Acara simposium dilaksanakan sehari pada 28 April 2015 di Ruang Orange 12, Chancellor Building, Charles Darwin University, dibuka oleh Deputy Vice-Chancellor Prof. Sharon Bell didampingi oleh Director, Risearch Institute for the Environment and Livelihoods Prof. Andrew Campbell, dan First Secretary, Indonesian Consulate, Bapak Ardian Nugroho. Dalam pidatonya, Deputy Vice Chancellor Prof. Sharon Bell menggaris bawahi pentingnya hubungan kerjasama antara CDU dan universitas-universitas di kawasan Indonesia Timur, khususnya dengan Undana dan UHO. Acara pembukaan dilanjutkan dengan presentasi oleh para delegasi. Pada sesi presentasi tersebut dibagikan cetakan Bab 1 buku monograf elektronik gratis "My Country, Mine Country: Indigenous people, mining and development contestation in remote Australia" (Negeriku Negeri Tambang: Kontestasi orang asli, pertambangan, dan pembangunan di babian terpencil Australia) oleh Benedict Scambary, terbitan Australian National University ePress, yang oleh peserta simposium diplesetkan menjadi "Mining is Mine, Not Yours" (Tambang adalah Milikku, Bukan Milik Kamu". Pada kesempatan tersebut Rektor dan Pembantu Rektor Undana mempresentasikan hasil penelitian survei cepat di DAS Noelmina dan hasil penelitian pendahuluan di DAS Tilong dengan judul Managnese mining in West Timor: Impacts and response opportunities. Simposium diakhiri dengan aling tukar cindra mata dan foto bersama di Indonesian Garden, taman Indonesia yang terletak bersebelahan dengan Chancellor Building.


Kunjungan lapangan dilakukan pada 29 April 2015 di tiga lokasi, yaitu Rum Jungle Uranium Mining, Finn Road Gravel Extraction, dan Girraween Road Sand Extraction. Sebelum melakukan kunjungan, terlebih dahulu peserta menerima penjelasan mengenai lokasi tambang uranium Jungle Rum oleh Petter Waggitt, Director of Mining Compliance, Department of Mines and Energy. Peter Waggit menjelaskan sejarah penemuan tambang uranium Rum Jungle dan upaya rehabilitasinya yang ternyata memerlukan biaya yang sangat besar.


Tambang uranium Rum Jungle memproduksi uranium untuk persenjataan nuklir Amerika Serikat dan Inggris selama 1954-1971. Semula direncanakan sebagai tambang bawah tanah, tetapi karena kesulitan teknis, diubah menjadi tambang terbuka. Tambang dimiliki oleh pemerintah Australia melalui Australian Atomic Energy Commission (AAEC, sekarang Australian Nuclear Science and Technology Organisation, ANSTO) dan dioperasikan oleh anak perusahaan tambang global Rio Tinto ketika itu, Territory Enterprises Pty Ltd (TEP). Karena perusahaan yang mengoperasikan tambang menolak bertanggung jawab melakukan reklamasi, bekas tambang uranium ini menimbulkan pencemaran lingkungan paling parah di Australia. Pencemaran parah terjadi karena struktur geologi lokasi tambang berbatuan pirit yang mudah teroksidasi ketika terbongkar, menyebabkan terjasi oksidasi sulfida, melepaskan asam yang mempercepat menghancurkan batuan dan melepaskan logam berat ke dalam aliran anak-anak di wilayah Timur DAS Finniss. Reklamasi yang dilakukan pada 1977 dengan biaya A$ 16,2 juta, tetapi ternyata kurang berhasil sehingga perlu kembali dilakukan reklamasi pada 1990 yang menghabiskan biaya A$ 1,8 juta. Rektor Undana tidak berkesempatan menghadiri kunjungan lapangan karena harus terbang meninggalkan Darwin untuk menghadiri pertemuan penting dengan ACIAR di Jakarta.



Setelah makan siang, kunjungan dilanjutkan ke lokasi reklamasi tambang pasir dan batu Finn Road dan reklamasi tambang pasir Girraween Road. Penjelasan mengenai kedua lokasi tambang ini diberikan oleh Dr. Sean Belairs, dosen senior botani dan ekologi restorasi CDU. Penjelasan berkaitan dengan penelitian reklamasi dengan menggunakan jenis-jenis tumbuhan lokal yang dilakukan di lokasi tambang pasir Finn Road dan keberhasilan reklamasi di Giraween Road sebagai habitat jeni-jenis tumbuhan karnivora Utricularia. Daftar jenis-jenis tumbuhan unik ini diberikan oleh The International Carnovprous Plant Society, jenis-jenis khusus di Northern Territory disediakan oleh Northern Territory Government, dan galeri foto disediakan oleh Carnivorous Plant Photofinder.



Kegiatan pada hari ketiga, 30 April 2015, adalah menghadiri pertemuan dengan Petter Waggitt di kantor Department of Mines and Energy di dalam kota Darwin, tidak jauh dari lokasi penginapan. Pada pertemuan tersebut, dijelaskan kebijakan pemerintah berkaitan dengan tambang dan pendekatan non-formal yang dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif tambang. Pada siang hari dilaksanakan rapat pembahasan rencana kegiatan penelitian pada 2015, baik di Timor Barat dan di Sulawesi Tenggara. Penelitian di Timor Barat akan difokuskan di DAS Noelmina, sedangkan di Sulawesi Tenggara difokuskan di Kabupaten Bombana. Sore harinya seluruh peserta diundang menghadiri makan malam penutupan di restoran Darwin Trailler Boat Club. Hari terakhir, 1 Mei 2015 merupakan hari bebas dan rombongan dari Indonesia kembali ke Indonesia dengan penerbangan AirAsia Indonesia pada malam hari. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh PR IV Undana untuk melobi perwakilan UHO dan perwakilan Asosiasi Pertambangan Rakyat Indonesia (APRI) untuk membentuk konsorsium tambang rakyat yang terdiri atas universitas, dinas pertambangan, badan lingkungan hidup daerah, dan lembaga swadaya masyarakat. Prakarsa tersebut memperoleh sambutan positif dan akan segera ditindaklanjuti sekembali di Indonesia.


Penerbangan kembali ke Indonesia ternyata ditunda karena pesawat mengalami masalah teknis sehingga harus kembali mendarat di Denpasar setelah terbang kira-kira setengah jam. Sebagian dari rombongan menunggu di ruang tunggu bandara, sebagian lagi menunggu di luar gedung Bandar Udara Internasional Darwin. Rombongan baru bisa berangkat setelah tengah malam sehingga baru tiba di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, dini hari untuk kembali melanjutkan penerbangan ke kota masing-masing setelah beristirahan beberapa jam di hotel. Rombongan dari Kupang yang terdiri atas Kepala Dinas Pertambangan Provinsi NTT Thobias Uly, Kepala BLHD Provinsi NTT Frederik Tielman, Kepala Bidang BLHD Provinsi NTT Elisabeth Ugutterbang, Bupati Kupang Dr. Ayub Titu Eki, dan PR IV Undana Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D., kembali dengan penerbangan Garuda Indonesia dan tiba di Bandar Udara El Tari, Kupang, pukul 09.00 WITA.



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites