Gerbang Kampus

Selamat datang di kampus Universitas Nusa Cendana, Kampus Baru, Jl. Adisucipto, Penfui, Kupang, NTT.

Rektorat Undana

Gedung Rektorat Undana tempat rektor, para pembantu rektor, para kepala biro dan jajarannya berkantor.

Kehidupan Kampus

Kampus Undana menyediakan fasilitas untuk mendorong mahasiswa aktif berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan kampus.

Praktikum Laboratorium

Undana menyelenggarakan pendidikan akademik dan pendidikan vokasi yang didukung dengan fasilitas memadai, di antaranya laboratorium.

Wisuda Sarjana dan Pascasarjana

Setiap tahun Undana mewisuda lulusan sarjana dan pascasarjana dari berbagai bidang ilmu dan pendidikan profesi.

Jumat, 24 April 2015

Undana Melaksanakan Dharma Shanti Nyepi Saka 1937: Menjaga Kebersamaan dalam Keberagaman

Tulisan Kontribusi Wayan Nampa
Sekretaris Panitia Dharma Shanti Nyepi Saka 1937 Undana

"Kita mungkin mampu mengerjakan hal-hal kecil seorang diri, tetapi hal yang lebih besar dapat kita lakukan ketika kita bersama-sama. Kebersamaan adalah hal pokok yang harus dipupuk apabila ingin melakukan hal yang lebih besar"
Prof. Fred Benu, Rektor Undana

Hanya kebersamaan membuat kita bisa menghasilkan sesuatu. Demikian salah satu kalimat yang disampaikan Rektor Undana, Prof. Ir. Fred. L. Benu, MSi., Ph.D., ketika memberikan sambutan dalam acara Dharma Shanti Nyepi Saka 1937, 16 April lalu, di Aula Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto, Fenfui. “Sebagai Universitas terbesar di NTT, Undana merupakan miniatur Indonesia. Sivitas akademika Undana berlatar belakang dari berbagai suku dan agama di Indonesia. Fluralisme di Undana harus dirajut dalam kebersamaan sehingga kita dapat menghasilkan sesuatu pada peradaban ini”, ungkap Fred Benu, sapaan akrab Rektor Undana ini. “Kita tunjukkan semangat kebersamaan dengan merayakan setiap perayaan hari keagamaan. Hari ini kita merayakan Nyepi secara bersama-sama, nanti kita merayakan Lebaran, dan Natal bersama”, lanjutnya.

Lebih jauh guru besar ekonomi pertanian ini mengungkapkan bahwa kita tidak akan menghasilkan apa-apa di dalam kesendirian, tetapi kita akan mampu mengerjakan sesuatu yang besar jika bersama-sama. "Dengan begitu kita dapat memberikan sesuatu terhadap peradaban. Peradaban Islam memberikan sumbangsihnya dalam pembangunan manusia, begitu juga peradaban Hindu dan peradaban Kristen yang juga telah mampu memberikan kontribusinya untuk kehidupan. Peradaban barat telah memberikan pengaruhnya terhadap kehidupan, bagaimana dengan peradaban Indonesia. Bagaimana dengan peradaban Indonesia dengan keberagamannya, sejauh mana akan mampu memberikan kontribusi terhadap peradaban dunia. Bagaimana kita mengelaborasi kebudayaan Jawa, Timor, Papua, Sumatra, Bali, Hindu, Kristen, Islam, dan suku bangsa lainnya menjadi satu dan memberikan sumbangsih terhadap peradaban, menjadi warna peradaban Indonesia. Dengan kebersamaan, kita mampu memberikan sumbangsih, sekecil apapun itu yang mampu, kita berikan untuk peradaban", Rektor menandaskan dalam sambutannya.

Nyepi dimaknai sebagai harmonisasi manusia dengan lingkunganny, penyucian bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (alam manusia). Antara manusia dan lingkungan alam haruslah harmonis. Ketua PHDI Provinsi NTT Drs. I G.M. Putra Kusuma, MSi., dalam sambutannya mengungkapkan, Nyepi merupakan momentum penyucian diri manusia melalui melaksanakan pantangan dan juga penyucian ‘adik-adik kita’. ‘Adik-adik kita’ yang dimaksud adalah binatang dan tumbuhan yang juga disucikan. Manusa melakukan harmonisasi dengan alam semesta sehingga keseimbangan alam tetap terjaga. Prof. Benu merasa terketuk ketika Ketua PHDI tadi mengungkapkan momentum penyucian adik-adik kita (tumbuhan dan hewan). “Pemikiran tumbuhan dan binatang tidak memiliki rasa merupakan pemikiran lama”, kata Prof. Fred Benu dalam sambutannya.

Rektor lebih lanjut menjelaskan, berbagai penelitian membuktikan bahwa tanaman dan hewan memiliki “rasa” yang ditunjukkan dengan bagaimana tanaman merespon perlakuan yang diberikan. “Dengan demikian, sudah seharusnya kita dpat berjalan secara harmonis dengan alam. Kebersamaan mengajarkan kita menerima dan memberi. Tidak saja cukup berterima kasih ketika diberikan sesuatu, tetapi bagaimana membalasnya. Kita (orang NTT) tidak memiliki kosa kata terima kasih, tetapi bukan berarti kita tidak memiliki rasa terima kasih. Orang timur memiliki kearifan lokal cara berterima kasih dengan membalas (hal baik) minimal setimpal terhadap apa yang diberikan orang kepadanya. Jadi berterima kasih tidak cukup dengan ucapan “terima kasih”, tapi bagaimana kita membalas perbuatannya dengan hal yang lebih baik lagi”, Rektor melanjutkan dalam sambutannya.


Sementara itu, Prof. Dr. I G.B. Arjana yang memberikan hikmah nyepi menyampaikan tema “Dengan Semangat Nyepi Kita Tingkatkan Kemajemukan Kampus Sebagai Penggerak Cita-Cita Mulia” sangat relevan dengan kondisi kita kini. Kondisi bangsa akhir-akhir terasa galau akibat harga BBM naik yang diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, pemalsuan berbagai produk makanan, pengoplosan minuman, penegakkan hukum yang tak kunjung tegak, kegaduhan politik. Dunia menghadapi ancaman climate change dan potensi tumbuhnya gerakan radikalisme. Tahun ini juga diadakan peringatan KAA (Konfrensi Asia Afrika) ke-60. KAA melahirkan Dasasila Bandung dan Gerakan Non-Blok. “Gebrakan Presiden Soekarno kala itu laksana membangkitkan bangsa-bangsa di dua benua (Asia dan Afrika) untuk bangkit dari tidurnya. Tetapi, kini dua benua ini kondisinya sangat ironis, mempunyai banyak sudut-sudut gelap berupa kemiskinan, tragedi kependudukan, kelaparan, dan keterbelakangan", urai Prof. Arjana dalam sambutannya.

Lebih lanjut mantan Pembantu Rektor bidang akademik Undana ini mengungkapkan adanya ancaman perubahan iklim yang direspon oleh warga dunia melalui kampanye Earth Hour (Jam Bumi), yang pada tahun ini diperingati (28/3) lalu jam 20.30-21.30 waktu setempat. Namun gemanya makin memudar. Nyepi telah ratusan tahun dirayakan dengan mematikan lampu minimal 12 jam, tidak melakukan aktivitas dan pantangan lainnya. Di pulau Bali, sepi tanpa deru mesin pabrik, knalpot kendaraan, tanpa deru mesin pesawat, dapat dilaksanakan secara masif dan konsisten karena terkait dengan perintah agama Hindu. Dikaitkan dengan konsep pemanasan global dan energi. konsep ini telah mampu melakukan penghematan yang sedemikian signifikan.

Perayaan Dharma Shanti Nyepi, Tahun Baru Saka 1937 di lingkungan Universitas Nusa Cendana dilaksanakan oleh Panitia yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Komang Mahayasa, MP. Perayaan dimulai dengan persiapan oleh Panitia. Acara utama dihadiri oleh kalangan pimpinan Undana, pimpinan unit, dosen, dan perwakilan mahasiswa. Acara perayaan diakhiri dengan makan siang bersama yang dihibur dengan acara live tari topeng dan tari joged bungbung. Tari joged bungbung merupakan kesenian rakyat yang penarinya menari dengan mengajak seorang penonton untuk menari bersama.



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites