Gerbang Kampus

Selamat datang di kampus Universitas Nusa Cendana, Kampus Baru, Jl. Adisucipto, Penfui, Kupang, NTT.

Rektorat Undana

Gedung Rektorat Undana tempat rektor, para pembantu rektor, para kepala biro dan jajarannya berkantor.

Kehidupan Kampus

Kampus Undana menyediakan fasilitas untuk mendorong mahasiswa aktif berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan kampus.

Praktikum Laboratorium

Undana menyelenggarakan pendidikan akademik dan pendidikan vokasi yang didukung dengan fasilitas memadai, di antaranya laboratorium.

Wisuda Sarjana dan Pascasarjana

Setiap tahun Undana mewisuda lulusan sarjana dan pascasarjana dari berbagai bidang ilmu dan pendidikan profesi.

Kamis, 31 Juli 2014

Pelatihan FrontlineSMS dan Sistem Informasi Geografik: Kesan sebagai Peserta

Penulis Kontribusi: Norman Riwu Kaho, Dosen Fakultas Pertanian Undana.

Sekitar pukul 19.00 WITA pada 15 Juli 2014, nada dering ponsel saya berbunyi dan tersua pesan singkat dari seorang dosen senior yang mengharapkan kehadiran saya sebagai peserta untuk mengikuti kegiatan pelatihan selama 2 hari (16 s/d 17 Juli 2014) mengenai sistem informasi geografik (SIG/GIS) yang merupakan kerjasama UNDANA dan Charles Darwin University (CDU), Australia. Sejujurnya, saya agak enggan untuk menghadiri pelatihan tersebut karena memikirkan waktu 2 hari pelatihan tersebut dapat digunakan untuk sekedar berleha-leha di rumah. Tetapi karena merasa tak enak hati dengan ajakan senior, saya mengiyakan saja permintaan tersebut. Namun keengganan ini lantas sirna seketika, ketika keesokan paginya (16/7/2014) saya datang ke lokasi kegiatan dan menemukan spanduk yang bertuliskan “Pelatihan Penggunaan FrontlineSMS dan Geographic Information System (GIS)”. Wah.. ini sesuatu yang baru bagi saya dan seketika saya berpikir pasti ada yang spesial sehingga perlu diangkat sebagai tema pelatihan. Selain itu, peserta pelatihan yang datang dari berbagai latar belakang, baik sebagai akademisi kampus maupun LSM dan bahkan juga mengikutsertakan beberapa mahasiswa, makin menambah ketertarikan sekaligus keingintahuan saya lebih lanjut.

Hari pertama, setelah melewati beberapa seremoni, dihabiskan untuk melihat contoh proyek penggunaan FrontlineSMS untuk wilayah Timor Barat, Sumba dan Flores untuk isu pelayanan kesehatan ibu hamil dan mencoba untuk mempraktikkan pengoperasian aplikasi ini. Silahkan mencari sendiri informasi lebih detail mengenai aplikasi ini, tetapi aplikasi ini benar-benar  “CERDAS, MURAH, MUDAH, dan APLIKATIF”. Maaf, ini bukan bahasa iklan dan tidak mengajak pembaca sekalian untuk menemukan tagline ini pada website manapun karena ini merupakan pendapat pribadi saya. Mari kita runut satu-per satu. Saya katakan CERDAS paling tidak karena 2 hal, pertama, cukup hanya dengan menggunakan tools yang sangat sederhana, yaitu ponsel dan layanan SMS (short message services) yang telah digunakan secara luas di seantero pelosok, dan kedua, persoalan broadcasting komunikasi yang selama ini seringkali menjadi permasalahan primer dapat terurai dengan bantuan aplikasi ini. Apalagi, dewasa ini sinyal ponsel telah menjangkau hingga keberbagai pelosok perdesaan di NTT, bahkan terkadang mencakup tempat yang tergolong sebagai “remote area”. Aksesibilitas dari-dan-menuju tempat-tempat seperti itu selama ini sangat sulit, tetapi kini penggunaan SMS telah menjadi bentuk komunikasi standar yang dapat mengintegrasikan hampir semua orang dan di segala tempat. Provinsi NTT mempunyai jumlah pulau yang mencapai 1.192 serta karakteristik pulau-pulau kecil yang dipisahkan oleh lautan yang luas, belum lagi luas lautan yang mencapai 2/3 dari total seluruh wilayah NTT. Belum lagi, karakteristik iklim semi-arid dengan pola monsoonal, dominasi kawasan pegunungan dan perbukitan dengan kelas lereng mencapai 26-40% (agak curam s/d curam), serta kondisi sosekbud dan demografi yang makin menambah kerumitan dalam mencari alternative tools lain dalam mengintegrasikan serta menyebarkan informasi. Menghadapi kondisi seperti ini, saya yakin FrontlineSMS ini dapat memberikan solusi. Sebagai contoh, jika anda ingin mengetahui tentang informasi mengenai harga pupuk, maka cukup mengirimkan SMS dan segera akan mendapatkan informasi balik mengenai harga pupuk melalui SMS. Hanya itu. Sesederhana itu. Di manapun anda berada, anda akan mendapatkan informasi mengenai apa yang anda inginkan. Seandainya saja ini dapat diterapkan, petani di daerah Amfoang, Kabupaten Kupang, tidak perlu lagi melangkahkan kaki sejauh beratus-ratus kilometer yang ditempuh selama 12 jam, hanya untuk menanyakan ke toko distributor mengenai harga pupuk.

Lalu mengapa saya katakan “MURAH”? Dari perspektif “konsumen”, aplikasi ini cukup dioperasikan dengan bermodalkan ponsel yang dewasa ini telah dipunyai oleh semua orang. Bahkan ponsel telah mulai bergeser menuju barang primer terkait kebutuhan berkomunikasi. Dari perspektif serta “operator”, untuk mengoperasikan aplikasi ini cukup digunakan laptop/notebook/netbook/desktop dan modem yang digunakan sebagai server pelayanan pesan. Dan tak lupa, ini yang terpenting, apikasi FrontlineSMS ini GRATIS! Ya, gratis. Tanpa bayar (baca: opensources).

Kemudian, mengapa mengapa saya katakan “APLIKATIF”? Saya memilih frase ini sebab dalam beberapa kasus memperlihatkan bahwa ketika suatu teknologi sangat rumit dan mahal dalam pengoperasiannya, maka pada akhirnya akan ditinggalkan begitu saja ketika selesai masa proyek. Tapi, tidak demikian dengan aplikasi ini, yang memerlukan hanya “basic needs” dari semua orang, yaitu keinginan untuk berkomunikasi yang sebenarnya merupakan implikasi logis dari manusia sebagai mahluk sosial. Anda cukup mengirimkan SMS dengan katakunci (keyword) tertentu yang kemudian diterima oleh server administrator. Operator kemudian akan me-reply dengan sejumlah informasi sesuai yang diinginkan oleh sang pengirim SMS tadi. Tak sulit dan tak rumit. Dengan demikian, saya tak perlu lagi menjelaskan mengapa dikatakan sebagai “MUDAH”. Buktinya, seluruh peserta mampu mengoperasikan aplikasi ini, baik sebagai operator maupun sebagai pihak konsumen. Silahkan simak Gambar 1 berikut yang merupakan hasil kreasi saya dan juga ibu Wida Bunga, dosen Faperta UNDANA,  yang mengangkat isu layanan informasi mengenai pertanian. Dapat terlihat pada gambar, jika seorang petani ingin mengetahui informasi mengenai musim tanam, maka cukup mengirimkan SMS ke nomor operator 081238016143 dan mengetik MT, maka akan langsung mendapatkan pesan balik, juga melalui SMS, mengenai informasi musim tanam yang diinginkan. Sederhana, bukan?
Gambar 1. Contoh Poster Aplikasi FrontlineSMS dengan Sejumlah Informasi Tambahan
Hari kedua, lebih seru dan juga melelahkan. Mengapa melelahkan? Nanti akan saya jelaskan. Sesuai dengan tema pelatihan, maka setelah pelatihan penggunaan FrontlineSMS, maka dilanjutkan dengan pelatihan mengenai software GIS yaitu OpenJump. Khusus untuk GIS itu sendiri, saya bingung mengapa penggunaan GIS belum menjadi isu sentral dalam bidang pertanian di NTT. Saya juga bingung, mengapa sampai saat ini GIS belum diajarkan di Faperta Undana. Sepengatahuan saya, tidak banyak – jika tidak ingin dikatakan masih “langka” – penelitian dalam bidang pertanian yang menggunakan analisis data spasial berbasis GIS ini. Padahal, USDA (United States Department of Agriculture), semacam Kementerian Pertanian kalau di Indonesia, telah menyadari dan mempraktikkan aplikasi GIS ini untuk mengatasi isu-isu sektor pertanian. Silahkan simak komentar Stephen Lowe yang merupakan salah satu direktur pada USDA berikut
the use of GIS has become recognized as really a core administrative function of the department….. You have the ability to classify problems, do interpretation analysis and prediction, forensic and to solve problems more efficiently. 
Kita jauh tertinggal di belakang. Sebagai misal, konsekuensi logis dari sistem pertanian lahan kering (dryland agriculture) di NTT tidak terhindarkan dari eksistensi api dalam pengelolaan agroeksistem lahan. Tetapi informasi mengenai titik-panas (hotspot) ternyata tidak banyak tersedia, kecuali untuk isu-isu berdampak massif seperti kebakaran hutan di beberapa tempat di Indonesia yang terkadang akan melewatkan daerah NTT oleh karena minimnya tutupan hutan..

Setelah presentasi singkat mengenai pengantar GIS dan contoh aplikasinya dalam bidang kesehatan dan pemetaan dampak penambangan mangan di Timor Barat sekitar ± 30 menit oleh pemateri, pelatihan dilanjutkan dengan aplikasi langsung di lapangan. Dan inilah alasan mengapa saya katakan “melelahkan” tadi. Para peserta diajak langsung keluar ruangan, dibagikan alat penerima GPS (global positioning system) dan diperintahkan untuk mengelilingi lokasi di belakang kampus UNDANA sampai kembali di lokasi pelatihan, gedung Pascasarjana UNDANA. Bayangkan saja, waktu menunjukkan pukul 12.00 WITA dan kami peserta pelatihan mesti berjalan kaki mengambil sebanyak-banyaknya titik koordinat yang nantinya akan diinput pada tally sheet yang telah disiapkan disertai sejumlah informasi deskriptif lainnya (Gambar 2). Meski melelahkan, seluruh peserta merasakan kegembiraan oleh karena mendapatkan pengetahuan baru dalam hal pengoperasian alat penerima GPS yang kelihatannya tidak banyak peserta yang telah mengetahui sebelumnya. Setelah selesai melakukan pengambilan data tadi, maka dilanjutkan dengan input data pada software OpenJump yang juga sangat mudah. Data cukup diinput menggunakan MS Excel yang kemudian disimpan filenya dalam format CSV maka seluruh data tadi dapat langsung dapat ditampilkan sebagai data vektor yang pada OpenJump. Pada Gambar 2 terlihat hasil input titik koordinat pada 5 lokasi yang kemudian ditumpang-susun (overlay) pada citra yang diambil dari Google Earth. Sangat mudah. Saya membayangkan, seandainya saja teknologi sederhana ini dapat dalam penanganan isu-isu pengendalian hama terpadu, site-spesific dari penyebaran gulma penting, atau pola perpindahan dalam system tebas-bakar (slash-and-burn cultivation) yang merupakan beberapa ancaman primer pada pertanian lahan kering NTT, maka ini dapat menjadi “problem solving” di sektor pertanian di NTT, alih-alih terjebak dalam “business-as-usual” atau rutinitas semata.
Gambar 2. Beberapa Aktivitas Peserta dan Hasil Pelatihan software OpenJump
Apakah materi sudah selesai untuk hari kedua? Ternyata tidak! Pelatihan dilanjutkan dengan penggunaan aplikasi pada ponsel Android, yaitu PDF Maps yang juga dapat diunduh secara gratis. PDF Maps secara umum adalah aplikasi penginput data yang hampir serupa dengan proses sebelumnya, tetapi semakin mudah karena tidak memerlukan proses secara manual. Proses geotagging langsung diambil menggunakan aplikasi PDF Maps dan proses pencatatan informasi deskriptif dapat langsung dikerjakan pada ponsel tersebut sehingga lebih praktis dan juga lebih mudah. Hebatnya lagi, data hasil kerja pada aplikasi ini dapat langsung diimport pada MS Excel tanpa mesti bersusah payah menginputnya lagi. Sudah selesai? Ternyata (lagi-lagi) belum. Pelatihan dilanjutkan lagi dengan melihat pemateri memberikan demo mengenai aplikasi software GIS lainnya, yaitu SAGA GIS yang juga (lagi-lagi) merupakan software opensource, yang dapat digunakan mendeliniasi batas-batas daerah aliran sungai (DAS), memperkirakan laju erosi, dan berbagai fitur lainnya. Diperlihatkan bagaimana aplikasi SAGA GIS dalam memperkirakan laju erosi dan sedimentasi pada pilot project di bendungan Tilong yang berada pada DAS Manikin-Baki. Fitur-fitur lainnya tersebut notabene terdapat pada software GIS berbayar, seperti halnya ESRI ArcMAP/ArcGIS, yang berbiaya mahal dan untuk pengoperasiannya menuntut laptop/computer device dengan spesifikasi yang tinggi pula. Sebagai informasi tambahan, diperlukan tidak kurang dari $ 100 per tahun sebagai biaya instalasi ArcGIS berlisensi resmi untuk kategori “pengguna rumahan” (home use) dengan fitur yang terbatas.

Dari dua hari mengikuti kegiatan ini, saya paling tidak dapat memetik 3 penting: Pertama, saya memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan baru yang sangat bermanfaat terkait dengan aplikasi FrontlineSMS dan juga beberapa software GIS. Kedua, terdapat berbagai aplikasi dan software gratis yang dapat digunakan dalam pengolahan data GIS dengan fitur yang tidak kalah dari software berbayar yang harganya sangat mahal. Dan ketiga, pada akhirnya, saya mesti mengakui beruntung, saya tidak mengikuti sifat enggan terhadap ajakan senior sebagaimana saya sebut pada awal tulisan ini. Dengan mengikuti pelatihan ini, saya bukan saja mendapatkan informasi yang bernas dan sangat berguna, tetapi juga berinteraksi dengan peserta yang berasalh dari latar belakang pendidikan dan profesi yang berbeda.  Tak ada satu pun peserta yang protes, malah justru terkaget-kaget, ketika waktu telah menunjukkan pukul 18.30 WITA dan hari telah gelap, baik pada hari pertama maupun kedua. Terimakasih kami ucapkan untuk Undana dan CDU yang telah memberikan kami kesempatan untuk mengikuti kegiatan pelatihan selama 2 hari ini.

Senin, 21 Juli 2014

Calon Atase Pendidikan KBRI Manila Mengunjungi Undana untuk Memperoleh Masukan

Calon Atase Pendidikan KBRI Manila, Dr. Ir. Aisyah E. Palupi, MPd., mengunjungi Undana, didampingi oleh staf Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Sekretariat Jenderal Kemdikbud, Robert Hedy dan Nursyam. Calon Atase Pendidikan tersebut diterima oleh Rektor Prof. Fred Benu dengan didampingi oleh PR IV I Wayan Mudita, PR III Prof Simon Sabon Ola, dan Kepala IRO Prof Heri Lalel, pada 22 Juli 2014 pagi di Ruang Kerja Rektor, Gedung Rektorat Lantai II. Dr. Palupi menyampaikan maksud kunjungannya dengan terlebih dahulu memperkenalkan diri bahwa beliau adalah dosen di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Beliau memperoleh amanah menjadi calon atase pendidikan dengan cara melamar dan mengikuti serangkaian uji (test).

Kunjungan Dr. Palupi ke Undana dimaksudkan untuk memperoleh masukan berkaitan dengan bidang tugas sebagai atase pendidikan di KBRI Manila. Menanggapi permintaan tersebut, Rektor menjelaskan bahwa di Undana terdapat sejumlah dosen lulusan universitas Filipina, di antaranya Dekan Fakultas Pertanian Ir. Robby Pelokilla, MSi., Ph.D. Rektor menambahkan bahwa minat dosen Undana untuk melanjutkan pendidikan di Filipina menurun dalam beberapa tahun terakhir karena berbagai sebab, antara lain meningkatnya tawaran beasiswa dari negara lain. Namun demikian, Rektor menambahkan, kehadiran Dr, Palupi sebagai atase pendidikan di KBRI Manila nanti diharapkan dapat meningkatkan kembali kerjasama antara Undana dengan universitas-universitas di Filipina, terutama kerjasama dalam bidang pendidikan dan penelitian.

Mengenai kerjasama dalam bidang penelitian, Rektor mengharapkan agar Dr. Palupi bisa membantu Fakultas Pertanian Undana untuk bekerjasama dengan IRRI (International Rice Research Institute) dalam bidang penelitian padi. Rektor menjelaskan bahwa meskipun saat ini Provinsi NTT dikenal sebagai provinsi jagung karena wilayahnya didominasi oleh lahan kering, padi juga merupakan komponen penting dalam sistem pertanian lahan kering, terutama dalam sistem peerladangan. Pada sistem perladangan tersebut, padi ladang lazim dibudidayakan pada tahun pertama ketika ladang baru dibuka, Kerjasama dengan IRRI diharapkan dapat dikembangkan sistem perladangan yang lebih bersahabat dengan lingkungan dan sekaligus dapat meningkatkan produksi yang relatif masih rendah.

Dr. Palupi menyampaikan bahwa beliau juga akan memfasilitasi pertukaran dosen dan mahasiswa antara kedua negara. Sehubungan dengan pertukaran dosen dan mahasiswa tersebut, Rektor menyampaikan kesiapan Undana sebagai tuan rumah. Rektor menyampaikan bahwa selama ini Undana telah beberapa kali menjadi tuan rumah pertukaran dosen dan mahasiswa. Terakhir, Undana menjadi tuan rumah kegiatan BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) mahasiswa Charles Darwin University (CDU) dan kegiatan praktik lapangan (field intensive) mahasiswa CDU, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Kristen Satya Wacana. Undana juga tengah menyiapkan kegiatan pertukaran dosen dan mahasiswa dengan Vilnius University, Lithuania.

Di bidang kebudayaan, atase pendidikan bertugas meningkatkan kerjasama kedua negara di bidang tersebut. Rektor menyatakan siap mendukung tugas atase kependidikan di bidang kebudayaan dengan mengirimkan kelompok mahasiswa paduan suara yang selama ini telah beberapa kali memenangi lomba tingkat nasional. Selain itu Rektor juga siap mempromosikan kesenian daerah NTT, di antaranya musik sasando. Dr. Palupi berterima kasih atas banyak masukan yang telah disampaikan oleh Rektor dan berjanji akan menindaklanjuti nanti pada saat bertugas di KBRI Manila bulan September tahun ini.

Minggu, 20 Juli 2014

Penjelasan atas Jawaban terhadap Pertanyaan Asesor AIPT mengenai Pola Ilmiah Pokok Semiringkai Kepulauan

Pada saat pertemuan dengan pimpinan universitas pada 18 Juli 2014, asesor AIPT (Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi) Prof. Bambang Purwoko meminta penjelasan atas istilah semiringkai pada pola ilmiah pokok semiringkai kepulauan. Rektor Prof. Fred Benu meminta kepada PR IV untuk memberikan penjelasan mengenai istilah tersebut dan sekaligus penjelasan mengapa Undana menetapan semiringkai kepulauan sebagai pola ilmiah pokok. Pertanyaan mengenai istilah tersebut diminta oleh asesor karena dokumen borang akreditasi memang kurang memberikan penjelasan mengenai apa itu semiringkai dan mengapa pola ilmiah pokok Undana adalah semiringkai kepulauan. Karena waktu yang tersedia terbatas, pada waktu itu PR IV memberikan penjelasan yang singkat. Tulisan ini merupakan elaborasi terhadap penjelasan singkat tersebut yang didasarkan atas buku Revisitasi Lahan Kering dan sumber-sumber lain.

Kata semiringkai terdiri atas kata dasar 'ringkai' yang memperoleh awalan 'semi-'. Menurut KBBI dalam jaringan (online), kata dasar ringkai berarti kering sekali. Kata dasar 'ringkai' ini digunakan sebagai terjemahan kada dasar 'arid' dalam bahasa Inggris. Kata dasar 'arid' dalam bahasa Inggris mempunyai dua makna: (1) berkaitan dengan lahan dan iklim berarti mendapat hujan sangat sedikit, terlalu kering untuk mendukung pertumbuhan vegetasi dan (2) berkaitan dengan perilaku dan penampilan berarti kurang mempunyai daya tarik, kegairahan, atau makna. Awalan 'semi-' merupakan awalan bahasa Inggris yang bermakna sebagian, setengah, atau mendekati. Dengan demikian, berkaitan dengan pola ilmiah pokok Undana, kata 'semiringkai' berarti secara harfiah keadaan lahan atau iklim yang mendekati sangat kering sehingga agak kurang dapat mendukung pertumbuhan vegetasi. Pertanyaan selanjutnya adalah keadaan lahan atau iklim yang mendekati kering itu sebenarnya seperti apa? Kurang dapat mendukung pertumbuhan vegetasi itu sebenarnya maksudnya apa?

Istilah 'semiringkai' sebagai pola ilmiah pokok Undana sebenarnya berkaitan dengan lingkungan hidup. Mengingat lingkungan hidup mencakup dimensi fisik-kimia, hayati, sosial-ekonomi-politik, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat maka mendefinisikan apa itsebenarnya lingkungan semiringkai merupakan tugas yang tidak sederhana. Oleh karena itu, sebagai dasar, FAO (1989) menggunakan dimensi fisik sebagai indikator utama, yaitu keringkaian (aridity). Secara fisik, keringkaian didefinisikan sebagai nisbah (ratio) antara presipitasi (hujan maupun salju, dilambangkan P) dan evapotranspirasi potensial (ETP) yang diukur dengan menggunakan metode Penman dengan memperhatikan kelembaban udara, radiasi matahari, dan angin. Nisbah P/ETP = 0-0,03 dikategorikan sebagai superringkai, 0,03-0,20 dikategorikan ringkai atau gurun, dan 0,20-0,50 dikategorikan semiringkai. Tapi keringkaian hanyalah sebuah indeks, masih terdapat banyak aspek lain yang menentukan apakah suatu kawasan merupakan kawasan semiringkai atau bukan, antara lain tipe vegetasi savana, sistem budidaya pertanian tebas-bakar, sistem pemeliharaan ternak dengan cara lepas, dan sebagainya.

Lalu mengapa Undana menetapkan semiringkai kepulauan sebagai pola ilmiah pokok? Mengapa bukan lahan kering atau bahkan pertanian lahan kering seperti sebelumnya? Kawasan semiringkai dunia sebagian besar berada di wilayah kontinental. Kawasan Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan merupakan satu-satunya kawasan semiringkai yang merupakan kepulauan. Kondisi semiringkai kawasan Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan dimungkinkan karena:

  • Berada dekat dengan benua Australia yang kering yang menjadi asal angin tenggara yang kering pada bulan-bulan Mei-Oktober. Kedekatan dengan benua tersebut menyebabkan kawasan Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan mendapat pengaruh yang paling kuat dari kekeringan benua Australia.
  • Kawasan Nusa Tenggara dan Maluku merupakan kepulauan dengan deretan pulau-pulau yang membentang dari Barat ke Timur sehingga pulau-pulau di sebelah Timur menerima bayang-bayang hujan dari pulau di sebelah Barat.

Namun demikian, kedua kondisi di atas tidak berlaku sama terhadap semua wilayah Nusa Tenggara dan Maluku Selatan. Bagian-bagian tertentu dari pulau-pulau tertentu memperoleh curah hujan cukup tinggi karena tidak berada pada bayang-bayang hujan atau memperoleh hujan dari angin Tenggara. Misalnya Sumba bagian Selatan yang tidak berada dalam bayang-bayang hujan memperoleh hujan tinggi selama musim hujan, sedangkan wilayah pesisir Selatan Pulau Flores bagian Barat memperoleh hujan pada musim kemarau.

Derajat keringkaian sebagaimana ditunjukkan oleh nisbah P/EPT menentukan keadaan vegetasi suatu wilayah dan juga jenis tanaman yang dapat dibudidayakan tanpa bergantung pada irigasi. Pada umumnya, vegetasi di wilayah kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan merupakan vegetasi hutan kering dataran rendah maupun dataran tinggi, kecuali di bagian-bagian yang menerima curah hujan lebih tinggi atau di wilayah pegunungan. Vegetasi di wilayah Nusa Tenggara Timur didominasi oleh savana dengan jenis-jenis pohon gugur daun tumbuh jarang atau mengelompok pada titik-titik tertentu. Oleh karena kondisi iklim yang kering tersebut, budidaya tanaman semusim pada umumnya hanya dapat dilakukan selama musim hujan dan budidaya tanaman tahunan dilakukan dengan menggunakan jenis-jenis tanaman yang tahan kekeringan. Budidaya tanaman semusim pada umumnya dilakukan dengan menggunakan sistem perladangan, sedangkan budidaya tanaman tahunan dengan sistem perkebunan rakyat. Sementara itu, peternakan rakyat dilakukan dengan pola peternakan lepas sehingga untuk mencegah ternak merusakkan tanaman maka kawasan budidaya pertanian perlu dipagari keliling.

Sistem pertanian yang berbasis pada sistem perladangan dan perkebunan rakyat serta peternakan lepas pada gilirannya akan menentukan budaya masyarakat. Budaya tolong menolong sangat kuat karena sangat diperlukan untuk menghadapi ancaman kekeringan yang sering melanda kawasan. Budaya tolong menolong tersebut pada gilirannya terinstitusionalisasi dalam berbagai ritual adat. Selain itu, ancaman kondisi lingkungan yang keras mendorong terbangunnya ikatan kekerabatan yang sangat kuat. Pola hubungan sosial cenderung lebih didominasi oleh bonding ties dalam kerabat atau kelompok dan linking ties dengan para pemuka adat, daripada oleh bridging ties dengan masyarakat luar. Namun demikian bukan berarti bahwa masyarakat tertutup terhadap pengaruh dari luar. Melainkan, mereka pada umumnya terbuka. Hanya saja, pihak luar diterima sebatas sebagai outsiders sampai dapat memenuhi sejumlah ketentuan adat yang memungkinkan mereka menjadi orang dalam.

PIP yang pada mulanya ditetapkan adalah pertanian lahan kering. Penetapan PIP Pertanian Lahan Kering dilakukan seiring dengan pendirian Fakultas Pertanian pada awal 1980-an. Mengingat Undana terdiri atas banyak fakultas, PIP Pertanian Lahan Kering tersebut banyak menghadapi penolakan dari kalangan di luar Fakultas Pertanian. Menyadari kenyataan tersebut, PIP kemudian diubah menjadi pengembangan lahan kering. Namun lahan kering sebenarnya terdapat bukan hanya di wilayah Nusa Tenggara Timur, tetapi juga di sebagian besar wilayah Indonesia. Atas dasar itu kemudian PIP diubah menjadi pengelolaan kawasan semiringkai kepulauan. Dalam beberapa waktu terakhir ditambahkan kepariwisataan, untuk menangkap peluang pada sektor kepariwisataan. Dengan demikian, PIP Undana saat ini adalah pengelolaan kawasan semiringkai kepulauan plus kepariwisataan atau sering disingkat menjadi semiringkai kepulauan plus.

Sabtu, 19 Juli 2014

Undana dan CDU Selenggarakan Pelatihan Pemanfaatan Komunikasi Seluler dan SIG sebagai Instrumen Penelitian

Sebagai bagian dari kegiatan kerjasama Charles Darwin University (CDU) dengan Australian National University (ANU), Universitas Nusa Cendana (Undana), dan Universitas Halu Oleu (Unhalu), Undana selenggarakan pelatihan pengumpulan data sebagai bagian dari kegiatan penelitian kerjasama tersebut. Pelatihan dilaksanakan oleh anggota tim inti penelitian kepada para dosen dan mahasiswa Undana maupun pihak luar Undana sebagai upaya untuk diseminasi metode penelitian yang digunakan kepada para pihak terkait. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada 16-18 Juli 2014 bertempat di Gedung Pascasarjana Undana. Pembukaan pelatihan dilaksanakan oleh PR IV I Wayan Mudita, mewakili Rektor Prof. Fred Benu yang berhalangan karena sedang bertugas di luar kota.

Ketua Panitia Pelatihan, Dr. Welhelmus I.I. Mella, yang adalah juga Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan PPs Undana, melaporkan bahwa peserta pelatihan berjumlah 30 orang, terdiri atas kalangan dosen, mahasiswa, aparat pemerintah, dan aktivis LSM. Menurut Dr. Mella, pelatihan ini sangat penting mengingat materi yang akan disampaikan merupakan teknologi yang selain baru juga tersedia secara gratis, yaitu integrasi pemanfaatan layanan pesan singkat FrontlineSMS dan SIG (Sistem Informasi Geografik) sebagai instrumen pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam kata sambutannya, PR IV menyampaikan pesan Rektor untuk mengucapkan terima kasih kepada CDU yang telah sekian lama dan terus menjalin kerjasama dengan Undana. "Pak Rektor apologizes for not being able to be with us here at this important moment, but he thanks CDU management and researchers for putting Undana as one of CDU's strategic partners in Indonesia", kata PR IV.

Seorang mahasiswa Australia yang sedang belajar di Undana, Nick, memainkan alat musik tradisional NTT, sasando.

Hari pertama pelatihan digunakan untuk mempelajari penggunaan layanan pesan singkat FrontlineSMS. Pada awalnya, FrontlineSMS merupakan aplikasi terbuka yang dikembangkan untuk membantu pengelola Taman Nasional Kruger di Afrika Selatan untuk berkolaborasi dengan masyarakat. Versi 2.0 dari aplikasi tersebut merupakan perubahan rancangan menyeluruh yang memungkinkan pengguna untuk menyebarkan dan mengumpulkan informasi melalui pesan singkat (SMS) dengan menggunakan FrontlineSMS desktop app, FrontlineCloud, dan FrontlineSync untuk ponsel Android. FrontlineSMS dijalankan dengan menggunakan komputer desktop yang terkoneksi dengan menggunakan modem GSM, telepon seluler, atau layanan SMS dalam jaringan (online SMS). Dengan menggunakan layanan ini, pesan singkat yang selama ini pada umumnya digunakan untuk tujuan konsumtif dapat digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih produktif dalam berbagai bidang, termasuk bidang pertanian. FrontlineSMS memungkinkan penggunaan SMS sebagai instrumen penelitian yang melibatkan masyarakat sebagai pengumpul data penelitian. Untuk yang ingin belajar cara menggunakan layanan ini, silahkan pelajari panduan dan studi kasus penggunaan FrontlineSMS (bahasa Inggris). FrontlineSMS dapat digunakan secara terintegrasi dengan aplikasi layanan sumber terbuka untuk melakukan pengumpulan dan visualisasi secara terpadu serta pemetaan secara interaktif, Ushahidi.

Pada hari kedua pelatihan dipelajari cara penggunaan alat penerima GPS untuk mengumpulkan data spasial dan pengenalan program aplikasi SIG sumber terbuka (open source) OpenJump dan SAGA serta aplikasi PDF Maps. Pengenalan dan penggunaan alat penerima GPS dilakukan dengan menggunakan alat penerima GPS Garmin eTrex 10 SEA. Silahkan unduh dan pelajari panduan penggunaan Garmin eTrex (dalam bahasa Inggris) serta unduh dan pasang program aplikasi DNR Garmin untuk memindahkan data dari alat penerima GPS ke program aplikasi SIG. OpenJump merupakan program aplikasi SIG tingkat pemula, sedangkan SAGA merupakan program aplikasi SIG modular tingkat lanjut. Silahkan pelajari panduan OpenJump  dan panduan SAGA untuk memasang dan menggunakannya. PDF Maps merupakan aplikasi ponsel pintar dan komputer tablet Android dan iOS untuk membaca file peta dengan format Geospatial PDFGeoPDF dan GeoTIFF. Silahkan pelajari panduan mengunduh, memasang, dan menggunakan PDF Maps untuk membaca format file tersebut di atas pada ponsel pintar atau komputer tablet Android.

Hari ketiga digunakan untuk melakukan latihan dan kunjungan lapangan pengumpulan data dampak penambangan rakyat (artisanal mining). Kunjungan lapangan dilakukan di lokasi penambangan mangan di desa-desa di sekitar Camplong, Kabupaten Kupang. Pelatihan ditutup oleh Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan PPs Undana karena pada saat yang bersamaan seluruh pimpinan Undana sedang menghadiri rapat evalusi asesmen Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) yang berlangsung pada 17-19 Juli 2014. Ketua Panitia meminta kepada Rektor melalui PR 4 agar Undana dapat memfasilitasi para peserta melakukan penyegaran dan pendalaman materi pelatihan secara berkala agar materi yang telah diterima dapat lebih dikuasai. Pelatihan akan ditindaklanjuti dalam waktu dekat dengan kegiatan pengumpulan data lapangan yang akan dipimpin oleh anggota inti tim penelitian, Remi L. Natonis.

Pelatih FrontlineSMS dari CDU, Mr. Rohan Fisher, diantar ke Bandara untuk kembali ke Darwin

Informasi Tambahan
Silahkan jelajah halaman FrontlineSMS, Ushahidi, OpenJump, SAGA, dan Garmin DNR pada Wikipedia untuk memperoleh informasi dasar mengenai aplikasi tersebut. Silahkan unduh materi pelatihan FrontlineSMS untuk kesehatan (lengkap) dan untuk tambang rakyat (bhs. Indonesia, bhs. Inggris), materi pelatihan SIG, serta data vektor dan data raster yang digunakan pada saat pelatihan SIG. Materi mengenai FrontlineSMS dan Open-Source GIS dapat diperoleh lebih lengkap dari blog rohanfisher.


Minggu, 13 Juli 2014

Rektor Undana Menerima Kunjungan Penasihat Senior Menteri Administrasi Pemerintahan Timor Leste

Senin, 14 Juli 2014, Rektor Undana Prof. Fred Benu menerima kunjungan Penasihat Senior Menteri Administrasi Pemerintahan Timor Leste, Prof. Dr. (HC) Willi Toisuta, Ph.D., yang didampingi seorang staf bidang hukum. Rektor menerima kunjungan tersebut di ruang kerja Gedung Rektorat Lantai II dengan didampingi oleh Pembantu Rektor IV, Dekan FKIP, Ketua LP3 Dr. Ir. S.P. Manongga, MS, dan dosen FKIP Dr. Gomer Liufeto. Prof. Toisuta menyampaikan bahwa kunjungan kali ini merupakan kunjungan awal untuk mempersiapkan kerjasama yang akan ditindaklanjuti nanti secara formal pada bulan September 2014. Rektor Undana menyampaikan terima kasih terhadap adanya kunjungan awal seperti ini sehingga Undana dapat segera mengambil langkah-langkah tindak lanjut yang perlu segera dipersiapkan.

Prof. Dr. (HC) Willi Toisuta, Ph.D.

Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Toisuta, kerjasama yang direncanakan terdiri atas kerjasama penelitian dan kerjasama pendidikan pascasarjana. Topik yang menjadi fokus penelitian adalah keterdidikan anak-anak Timor (educability of Timorese children) untuk mengembangkan pola pendidikan yang berwawasan lingkungan fisik dan budaya setempat. "Pola pendidikan saat ini merupakan salah satu faktor yang ikut berkontribusi terhadap ketertinggalan keterdidikan anak-anak di Indonesia Timur. Hasil penelitian Dr. Manongga menunjukkan bahwa anak-anak di Papua misalnya, mengalami ketertinggalan sampai 67%", papar Prof. Toisuta. Rektor Prof. Fred Benu sepakat dengan pemikiran Prof. Toisuta. Rektor juga menambahkan dengan menyampaikan hasil penelitian yang dilakukan Undana di kabupaten-kabupaten Boven Digoel, Pantai Kasuari, Jayawijaya dan wilayah pemekarannya, serta Kerom, yang menunjukkan bahwa anak-anak kelas 6 dan 6 SD masih belum bisa membaca dan menulis dengan lancar.

Prof. Toisuta menyampaikan bahwa penyandang dana sudah tersedia, tetapi kontribusi in kind dan dana dari Undana tetap diperlukan. Sehubungan dengan itu, Rektor meminta agar Dr. Manongga dan Dr. Liufeto dapat menyiapkan proposal untuk memperoleh dana pendamping penelitian kerjasama untuk disampaikan ke Ditjen Dikti. Rektor juga meminta agar Dekan FKIP dapat mengalokasikan anggaran fakultas dari pos yang sesuai untuk kepentingan tersebut. Rektor berharap agar hasil penelitian dapat digunakan bukan hanya di Timor Leste, tetapi juga sebagai masukan bagi pemerintah Indonesia dalam mengembangkan pola pendidika  yang lebih dapat mengakomodasi lingkungan fisik dan budaya setempat. "Di Papua pesisir selatan kami menemukan pola di mana sekolah yang mengikuti masyarakat, bukan sebaliknya, karena di sana masyakat berpindah ke tempat lain setelah pohon sagu di satu tempat habis dipanen", Rektor menambahkan.

Mengenai kerjasama kerjasama dalam pendidikan pascasarjana, Prof. Toisuta menyampaikan keinginan pemerintah Timor Leste untuk meningkatkan kerjasama antara Universidade Nacional Timor Lorosa'e (UNTL) dengan Universitas Nusa Cendana. Sehubungan dengan itu, diharapkan bahwa Undana dapat menerima dosen UNTL untuk melanjutkan studi pascasarjana di Undana. Rektor menanggapi positif keinginan tersebut dengan menyampaikan bahwa penerimaan mahasiswa untuk tahun ajaran ini telah ditutup sehingga baru dapat ditindaklanjuti pada tahun ajaran berikutnya. Rektor bahkan mengharapkan agar kerjasama juga dilakukan melalui pembukkaan program pascasarjana di UNTL dengan dukungan dosen dari Undana. Prof. Toisuta berjanji akan melaporkan kemungkinan tersebut kepada Rektor UNTL untuk ditindaklanjuti pada pembicaraan resmi nanti pada minggu pertama September 2014.

Sabtu, 05 Juli 2014

Undana Memberangkatkan Peserta EIFI 2014 ke Lapangan

Setelah menerima secara resmi melalui makan malam bersama di Restoran Subasuka sehari sebelumnya, pada 30 Juni 2014 Undana memberangkatkan peserta EIFI 2014 ke Buat, Kabupaten TTS, untuk memperoleh orientasi lapangan selama dua hari. Pada acara makan malam bersama, melalui Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama dan Alumni I Wayan Mudita, Rektor Undana menyampaikan selamat datang kepada seluruh peserta dan berharap kepada peserta dari Undana agar dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sebagaimana telah ditulis sebelumnya, EIFI merupakan kegiatan praktik kerja lapangan (field intensive) yang melibatkan mahasiswa dan dosen dari empat universitas, yaitu Charles Darwin University (CDU), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), dan Universitas Nusa Cendana (Undana). Kegiatan lapangan berlangsung di Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten TTS.

Sebelum diberangkatkan, perwakilan rombongan diterima oleh Rektor Prof. Fred Benu di ruang kerjanya, Gedung Rektorat Undana Lantai II. Pada kesempatan tersebut, Ketua Program EIFI Dr. Penny Wurm menyampaikan terima kasih atas persiapan yang telah dilakukan dengan baik dan sambutan hangat yang telah diberikan oleh Undana. Dr. Penny Wurm menjelaskan kepada Rektor bahwa EIFI kali ini merupakan kali yang ketiga dan akan terus dilanjutkan pada tahun-tahun yang akan datang untuk memberikan pengalaman lapangan kepada mahasiswa dan dosen muda dari keempat universitas. Dr. Bronwyn Myers, Wakil Ketua Program yang mendampingi ketua rombongan ketika itu, menambahkan bahwa selain Program EIFI, CDU juga telah bekerjasama dengan Undana dalam beberapa kegiatan penelitian, di antaranya penelitian mengenai dampak penambangan rakyat di Timor Barat dan Sulawesi Tenggara, di mana I Wayan Mudita adalah salah seorang anggota tim peneliti.

Rektor menyambut baik kerjasama tersebut dan mengharapkan agar di masa depan kerjasama dapat lebih ditingkatkan. Menanggapi keinginan rektor tersebut, Dr. Bronwyn Myers menyampaikan bahwa pada bulan Agustus nanti, kegiatan penelitian dampak penambangan rakyat akan memberikan kesempatan kepada pimpinan Undana dan Universitas Halu Oleo (Unhalu) untuk berkunjung ke CDU. Diharapkan bahwa kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan oleh Undana untuk membahas kerjasama lebih lanjut antara Undana dan CDU. Rektor menyampaikan bahwa kerjasama lebih lanjut dapat ditingkatkan melalui program double degree antara Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Undana dengan School of Environmental Science di CDU, selain kerjasama dengan Research Institute for the Environment and Livelihoods (RIEL) yang telah terbina selama ini.

Keberangkatan rombongan ke Buat didampingi oleh Pembantu Rektor IV I Wayan Mudita. Dalam perjalanan menuju Buat, rombongan berhenti di beberapa titik, di antaranya di tepi Sungai Noelmina, di titik tertinggi jalan baru menjelang kota Soe, dan di penangkaran buaya di Buat. Di tepi sungai Noelmina rombongan mengamati erosi tebing, sedimentasi, dan kegiatan penambangan pasir di badan sungai. Dari titik tertinggi menjelang Soe, rombongan menyaksikan lahan bekas ladang yang diinvasi gulma Chromolaena odorata dan pemandangan ke arah sungai Noelmina. Pada titik tersebut, I Wayan Mudita menemukan untuk pertama kali sejak dilepaskan pada 1986, kumbang Curinus coeruleus, predator kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana. Predator ini diintroduksi sebagai agen hayati untuk mengendalikan kutu loncat yang menghancurkan lamtoro sejak 1985.

Kumbang Curinus coeruleus (warna biru mengkilap), predator kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana (berukuran sangat kecil, warna kuning)



Rombongan tiba di Buat sekitar pukul 14.00 WITA dan menginap di wisma Balai Latihan Kehutanan. Menjelang wisma, rombongan sempat menyaksikan buaya di penagkaran buaya setempat. Setelah makan siang, rombongan beristirahan sebentar sebelum kemudian memulai kegiatan persiapan pada pukul 16.00 WITA. Setelah kegiatan persiapan, rombongan akan langsung menuju desa Linamnutu dan akan didampingi oleh Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Prof. Simon Sabon Ola. Selama melaksanakan kegiatan lapangan, rombongan didampingi oleh Dr. Gomer Liufeto dan oleh Ibu Jenny E.R. Markus. Cerita mengenai kegiatan lapangan dapat dibaca pada blog RIEL (Research Institute for the Environment and Livelihoods, Charles Darwin University).

Undana Kembali Berpartisipasi dalam Program EIFI 2014 Bersama-sama CDU, UGM, dan UKSW

Undana kembali berpartisipasi dalam Program EIFI (Eastern Indonesia Field Intensive). EIFI merupakan program kerjasama yang melibatkan empat universitas, yaitu Charles Darwin University (CDU), Darwin, Australia; Universitas Nusa Cendana (Undana),  Kupang, NTT; Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta; dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, Jawa Tengah. Partisipasi Undana tersebut dibahas dalam rapat persiapan akhir yang dipimpin oleh Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama dan Alumni I Wayan Mudita pada Jumat, 27 Juni 2014 di ruang rapat pimpinan, lantai II Gedung Rektorat Undana. Kegiatan lapangan program tersebut akan dilaksanakan di desa Linamnutu, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, pada 2-7 Juli 2014, setelah didahului dengan pembekalan mahasiswa pada 30 Juni-1 Juli di Buat, dan kemudian akan diakhiri dengan penyusunan dan penyajian laporan di Soe pada 8-11 Juli 2011.

Program ini dikelola oleh RIEL (Research Institute for the Environment and Livelihoods), lembaga penelitian yang menangani isu-isu lingkungan hidup dan penghidupan masyarakat di CDU, dan diketuai oleh Dr. Penny Wurm, Pembantu Ketua Bidang Pembelajaran dan Pengajaran, Sekolah Ilmu Lingkungan CDU. EIFI merupakan program gabungan pembelajaran dan penelitian yang melibatkan dosen dan mahasiswa dari keempat universitas. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu, lintas budaya, dan lintas bahasa dan difokuskan untuk mengeksplorasi isu-isu pembangunan perdesaan, ketahanan pangan, penyediaan air irigasi dan air bersih, serta penguasaan lahan dengan juga melibatkan masyarakat desa setempat. Program dilaksanakan setiap 2 tahun dan kegiatan pada Juni 2014 ini merupakan kegiatan ketiga.

Kegiatan EIFI ketiga ini dikoordinasikan oleh Marten Kapa, Pembantu Rektor III Bidang kemahasiswaan sebelumnya. Hal itu dilakukan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan, mengingat waktu yang sangat terbatas. Pelaksanaan kegiatan tahun berikutnya akan dikoordinasikan oleh Pembantu Rektor IV sekarang, Prof. Simon Sabon Ola. Koordinasi persiapan pelaksanaan difasilitasi oleh Kepala International Relations Office, Prof. H.D.J. Lalel, sedangkan kegiatan lapangan oleh Dr. Gomer Liufeto.

Untuk kegiatan kali ini, mahasiswa Undana yang dilibatkan seluruhnya berasal dari Fakultas Pertanian. Koordinasi mahasiswa pada tingkat fakultas dilaksanakan oleh Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Dr. Lince Mukkun dan koordinasi bidang akademik oleh Jenny E.R. Markus, Ketua Program Studi Agroteknologi sebelumnya. Koordinasi bidang akademik selanjutnya akan ditangani oleh ketua program studi sekarang, Antonius S.S. Ndiwa. Mahasiswa yang dilibatkan terdiri atas 5 orang dari program studi agroteknologi dan 2 orang dari program studi agribisnis. Setiap mahasiswa juga akan didampingi oleh seorang dosen pembimbimbing dari dua dosen pembimbing skripsi tiap-tiap mahasiswa.

Melalui rapat koordinasi tersebut, Pembantu Rektor IV menyampaikan agar para dosen dan mahasiswa Undana yang terlibat dapat memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya untuk bertukar informasi dan pengalaman dengan sesama dosen dan mahasiswa dari ketiga universitas lainnya. Mengingat kegiatan berlangsung di wilayah NTT, para dosen dan mahasiswa Undana diminta agar bisa menjadi tuan rumah yang baik, setidak-tidaknya dalam memberikan penjelasan mengenai aspek bahasa dan budaya setempat. RIRL menyediakan informasi lebih lanjut untuk mahasiswa pesertapublikasi kegiatan tahun sebelumnya, dan presentasi audio-visual kegiatan sebelumnya.

Jumat, 04 Juli 2014

Ombudsman Republik Indonesia dan Undana Tandatangani Nota Kesepahaman Pelayananan Publik

Pada 25 Juni 2014 dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding, MoU) antara Ombudsman Republik Indonesia (Ombudsman RI) dan 3 perguruan tinggi, yaitu Universitas Nusa Cendana (Undana), Universitas Syah Kuala (Unsyah), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, bertempat di Hotel Grand Cemara, Jakarta. Penandatanganan dilakukan oleh Ketua Ombudsman RI, Danang Girindrawardhana dan pejabat yang mewakili ketiga perguruan tinggi. Undana diwakili oleh Pembantu Rektor IV Undana, I Wayan Mudita, yang ditugaskan memberikan paraf, untuk selanjutnya membawa dokumen yang telah diparah untuk ditandatangani oleh Rektor. Penandatanganan dilaksanakan dengan disaksikan oleh Sekretaris Jendral Kementerian Penertiban Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemPAN-RB), pimpinan 4 perguruan tinggi, pimpinan sejumlah LSM, dan seluruh peserta dialog nasional mengenai pelayanan publik yang diselenggarakan sebagai bagian dari acara penandatanganan MoU tersebut.

Dalam pidatonya seusai penandatanganan, Ketua Ombudsman RI menyampaikan bahwa MoU yang telah ditandatangani tersebut merupakan bentuk komitmen Ombudsman RI untuk melibatkan perguruan tinggi dalam upayanya untuk mendorong peningkatan pelayanan publik. "Kami ingin agar dunia akademik ikut berperan dalam melakukan pengawasan dan kajian akademik sehubungan dengan pelayanan publik". Penandatanganan nota kesepahaman tersebut disambut baik oleh Asisten Deputi Kebijakan dan Sistem Informasi Pelayanan Publik KemPAN-RB, Muhammad Imanuddin, dengan mengharapkan agar kampus membangun pusat-pusat kajian pelayanan publik untuk melakukan penelitian tentang implementasi kebijakan publik guna dapat semakin mendorong upaya untuk meningkatkan pelayanan publik.

Dalam dialog nasional sebelum penandatanganan nota kesepahaman, anggota Ombudsman RI Mohammad Khoirul Anwar menyampaikan bahwa partisipasi masyarakat merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan pelayanan publik yang prima. "Sayangnya, masih banyak penyelenggara kebijakan publik yang belum melibatkan kewajiban sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang untuk melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya", katanya menandaskan. Disampaikannya bahwa laporan pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan kebijakan publik pada 2012 mencapai 2.209 pengaduan, pada 2013 berjumlah 4.655 laporan, dan pada 2014 sampai pada 23 April mencapai 2.485 laporan. Sehubungan dengan itu, Khoirul Anwar mengharapkan agar Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota terus mendorong upaya peningkatan pelayanan publik di kementarian, provinsi, dan kabupaten/kota masing-masing.

Dari pihak Undana, dialog nasional mengenai pelayanan publik tersebut juga dihadiri oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan jajaran pimpinan dan dosen fakultas tersebut. Dekan FISIP Undana, Dr. Grans Ghana, menyatakan bahwa kehadiran pimpinan fakultas dan dosen dalam acara seperti ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai pelayanan publik pada tingkat fakultas. Penandatanganan nota kesepahaman diakhiri dengan acara tukar cindra mata di antara para pihak yang ikut dalam penandatanganan nota kesepahaman.


Kamis, 03 Juli 2014

Kesempatan Bagi Lulusan Terbaik Undana untuk Bergabung dengan Telkomsel

PT Telkomsel Kantor Cabang Kupang menginformasikan akan memberikan kesempatan kepada lulusan terbaik Undana dari wisuda periode Juni 2014 untuk mengikuti seleksi penerimaan pegawai. Kesempatan tersebut diberikan masing-masing kepada 10 lulusan terbaik program studi teknik elektro, teknik informatika, dan ekonomi. Namun karena Undana belum menghasilan lulusan program studi ekonomi, kesempatan untuk bidang ekonomi diberikan kepada lulusan program studi bidang administrasi bisnis FISIP dan program studi sosial-ekonomi pertanian/agribisnis FAPERTA.

Hal tersebut disampaikan oleh Rektor Undana, Prof. Fred L. Benu, sebelum menutup rapat senat terbuka luar biasa dalam rangka Wisuda Periode Juni 2014 di Aula Lama Undana pada 28 Juni 2014. Pada kesempatan tersebut Rektor juga menyampaikan terima kasih kepada pemangku kepentingan lainnya yang juga telah memberikan dukungan serupa kepada Undana. Rektor mengharapkan agar lulusan memanfaatkan kesempatan berharga yang diberikan oleh PT Telkomsel tersebut.

Sebelumnya, melalui Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama dan Alumni I Wayan Mudita, PT Telkomsel Kantor Cabang Kupang menjajagi kemungkinan kerjasama dengan Undana. Kerjasama dimaksudkan untuk membantu Undana meningkatkan layanan kepada para mahasiswa. Kemungkinan kerjasama tersebut akan dibahas lebih lanjut setelah wisuda. Mengingat kerjasama berkaitan dengan peningkatan layanan mahasiswa, kerjasama akan dibahas dengan berkoordinasi dengan Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Prof. Simon Sabon Ola.

Selasa, 01 Juli 2014

Mahasiswa CDU Belajar Bahasa Indonesia di Undana

Undana menerima 11 mahasiswa CDU untuk belajar bahasa Indonesia di Undana melalui program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). Mahasiswa peserta program tersebut dipimpin oleh dosen Studi Bahasa Indonesia pada School of Creative Arts and Humanities, CDU, Dr. Natan Franklin, sedangkan kegiatan di Undana dikoordinasikan oleh Dr. Klemens Kolo. Program tersebut merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman antar Undana dan CDU di Darwin Australia, 10 Januari 2010 lalu, tentang kerjasama dalam pertukaran akademis (academic exchanges).

Kehadiran para mahasiswa Australia itu langsung diterima oleh Rektor, Prof. Fred Benu, dalam jamuan makan malam di Restoran Subasuka pada 26 Juni 2012. Jamuan makan malam tersebut juga dihadiri oleh antara lain Pembantu Rektor IV, Ir. I Wayan Mudita, M.Sc.,Ph.D, Kepala International Relations Office (IRO) Undana, Prof. Heri Lalel, dan sejumlah instruktur BIPA dari FKIP Undana. “Mempelajari bahasa Indonesia di negara asalnya, yaitu Indonesia, akan membantu mahasiswa dapat lebih cepat fasih daripada belajar di Australia. Saya berpesan agar kesempatan ini dimanfaatkan bukan hanya untuk belajar bahasa Indonesia, tetapi juga belajar mengenal budaya lokal NTT dengan cara mengunjungi tempat-tempat wisata di NTT pada akhir pekan, misalnya mengunjungi Pulau Rote atau Taman Nasional Komodo” kata Rektor.

Makan Malam Penyambutan oleh Rektor Prof. Fred Benu

Program BIPA tahun ini merupakan program rintisan dengan jumlah mahasiswa yang relatif sedikit. Namun menurut Dr. Nathan Franklin, jumlah peserta tahun depan diharapkan lebih banyak, paling kurang sebanyak 40 mahasiswa CDU akan mengikuti program BIPA di Undana dengan memanfaatkan program beasiswa yang disediakan Pemerintah Federal Australia khusus bagi mahasiswa yang ingin belajar Bahasa Indonesia di Undana. Dr. Klemens Kolo mengatakan bahwa selama berada di Undana, mahasiswa CDU peserta program BIPA tersebut akan belajar Bahasa Indonesia tingkat kedua, ketiga, keempat, dan kelima, masing-masing dengan peserta sebanyak 3 orang,  5 orang, 1 orang, dan  2 orang. Setiap tingkat akan dibimbing oleh seorang instruktur.

Dr. Klemens Kola lebih lanjut menjelaskan, program BIPA di Undana pada tahun ini akan berlangsung selama 3 minggu, yaitu mulai dari 23 Juni sampai 11 Juli 2014. Program BIPA saat ini sebenarnya bukan yang pertama. Sewaktu CDU masih bernama Northern Territory University (NTU), Undana pernah bekerjasama menyelenggarakan program BIPA pada 1993 dan 1998, dan masing-masing malah berlangsung dua kali setahun yaitu periode Juni-Juli dan Desember-Januari.

Rektor Menari Bersama dengan Peserta

Program BIPA ditutup pada 11 Juli 2014 oleh Rektor Prof. Fred Benu. Dalam kata sambutannya, Rektor meminta agar setelah menyelesaikan pelatihan singkat ini peserta kembali lagi berkunjung ke Undana. "Please visit us again, we will always welcome you", kata Rektor. Mahasiswa peserta BIPA mempersembahkan lagu daerah dengan diiringi gitar oleh seorang peserta. Penutupan diakhiri dengan menari 'jai' yang juga diikuti oleh rektor. Seusai penutupan, rektor berkenan berbincang-bincang dengan seorang peserta mengenai pengalaman belajar Bahasa Indonesia di Undana dan keadaan akomodasi selama tinggal di Asrama Mahasiswa Undana yang dijawab sangat menyenangkan dan puas oleh peserta.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites