Sabtu, 30 Mei 2015

PR IV Memimpin Delegasi Undana Menghadiri 2015 Secure Food Futures: Biosecurity and Food Security Summit di Denpasar, Bali

Sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan pendahuluan pada Februari 2015, diselenggarakan 2015 Secure Food Futures: Biosecurity and Food Security Summit pada 21-22 Mei 2015. Pertemuan tingkat tinggi bilateral tersebut diselenggarakan oleh Plant Biosecurity Cooperative Research Centre (PBCRC), Australia, bekerjasama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana), Universitas Mahasaraswati (Unmas), Universitas Satya Wacana (UKSW), serta Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dan The Pacific Institute, dengan Unmas dan Kopertis Wilayah VIII sebagai tuan rumah. Pertemuan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menggalang kerjasama yang lebih erat antara pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia dalam bidang pertanian dalam 4 tahun ke depan hingga 2019 dengan memperkuat ketahanan hayati tumbuhan (plant biosecurity) melalui pengembangan jejaring kerjasama ketahanan hayati global. Acara pertemuan dilaksanakan di Aula Kantor Kopertis Wilayah VIII, Jalan Trengguli, Banjar Tembau, Penatih, Denpasar, Bali.

Pertemuan tingkat tinggi bilateral tersebut diharapkan merupakan kelanjutan dari kerjasama yang telah dirintis sejak 2008 dengan melakukan penelitian mengenai berbagai aspek ketahanan hayati di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan memberikan beasiswa kepada dosen dan aparat pemerintah daerah untuk melanjutkan studi pada tingkat S2 dan S3 di perguruan tinggi di Australia dan Indonesia. Sebagai kelanjutan dari kerjasama tersebut, pertemuan bilateral tingkat tinggi kali ini diharapkan dapat menghasilkan dokumen kebijakan berbasis penelitian yang disebut ‘Thought Leadership Paper (TLP)’. Dokumen ini akan memberikan kerangka strategi bagi penguatan ketahanan hayati pertanian di Indonesia, khususnya pengembangan jejaring ketahanan hayati pertanian kawasan timur Indonesia. Dokumen ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan kerjasama bilateral strategis bagi pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia dalam bidang ketahanan hayati dan ketahanan pangan yang diharapkan akan berlangsung sampai pada 2018 melalui kegiatan penelitian yang akan didukung oleh PBCRC. Informasi mengenai latar belakang pertemuan tingkat ini dapat diperoleh dari Kerangka Acuan Kegiatan.


Pada pertemuan tingkat tinggi tersebut, delegasi Undana dipimpin oleh Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama dan Alumni Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D., dengan anggota Ir. Yosep Seran Mau, M.Sc., Ph.D., Ir. Jenny E.R. Markus, M.App.Sc., dan Remi L. Natonis, SP, MSi. Sesuai dengan kesepakatan, setiap universitas pelaksana berkewajiban menyusun dan menyajikan makalah TLP dengan topik sebagai berikut:
  • Universitas Nusa Cendana: prakarsa ilmu dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan memberikan peringatan dini (early warning) dan melakukan deteksi efektif (effective detection) dalam menghadapi ancaman ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan;
  • Universitas Kristen Satya Wacana: integrasi kebijakan yang berkaitan dengan ketahanan hayati (biosecurity policy integration) antar sktor pemerintahan, khususnya kebijakan mengenai karantina;
  • Universitas Sam Ratulangi: kaitan antara keanekaragaman hayati (biodiversity) dengan ketahanan hayati dalam mengamankan pangan dalam jangka pendek dan jangka panjang, khususnya guna mengurangi kehilangan hasil sepanjang rantai produksi dan distribusi pangan; dan
  • Universitas Mahasaraswati: pengembangan ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan melalui pendidikan dan latihan (education and training).
Makalah TLP yang disusun dan disajikan Undana berjudul Science and technology initiatives: Use of ICT to enhance detection and early warning of threats to biosecurity, biodiversity, and food security (Prakarsa ilmu dan teknologi: Penggunaan TIK untuk meningkatkan kemampuan deteksi dan peringatan dini ancaman ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan). Dalam makalah tersebut diuraikan kemajuan yang telah dicapai dalam ilmu dan teknologi untuk melakukan deteksi dan peringatan dini hama, penyakit, dan gulma yang mengancam ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan. Namun kemajuan ilmu dan teknologi tersebut baru dapat dinikmati oleh negara-negara maju, sedangkan negara-negara sedang berkembang menghadapi kendala sumberdaya, baik sumberdaya manusia, infrastruktur, maupun pembiayaan. Oleh karena itu, kesenjangan itu perlu dijembatani, antara lain dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan penggalangan partisipasi masyarakat. TIK yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah mikroskop jarak jauh (remote microscope) untuk menghbungkan universitas di Indonesia dengan PBCRC dan FrontlineSMS untuk menghubungkan universitas dengan masyarakat di sekitarnya. Mikroskop jarak jauh memerlukan jaringan Internet untuk mengoperasikan, sedangkan FrontlineSMS memerlukan hanya sebuah komputer notebook dan telepon seluler untuk menghubungkan masyarakat dengan universitas. Makalah TLP tersebut dipresentasikan oleh I Wayan Mudita pada sesi terakhir hari kedua.

Penggunaan Internet sebenarnya sudah sangat luas di Indonesia. Hampir setiap instansi pemerintah dari pusat sampai kabuopaten mempunyai website. Tetapi website tersebut pada umumnya masih digunakan lebih sebagai sarana unjuk diri, belum untuk kepentingan pelayanan masyarakat. Hal ini sangat berbeda dengan website di negara-negara maju, yang telah menggunakan website untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Di negara-negara maju, bukan hanya pemerintah melainkan juga banyak lembaga non-pemerintah yang membangun website untuk memberikan pelayanan, di antaranya memberikan informasi mengenai hama, penyakit, dan gulma. Coba misalnya kunjungi website Pest and Disease Image Library (PaDIL) yang dibangun oleh PBCRC untuk memberikan informasi gratis mengenai hama dan penyakit serta Invasive Species Compendium yang dibangun oleh CABI dan Global Invasive Species Compendium yang dikelola oleh the Invasive Species Specialist Group (ISSG) dari the IUCN Species Survival Commission.untuk memberikan informasi gratis mengenai spesies invasif. Pemerintah Indonesia seharusnya dapat membangun website semacam itu dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia, tetapi entah mengapa hal tersebut tidak dilakukan. Sumberdaya dalam jaringan mengenai keanekaragaman hayati dapat diperoleh antara lain dari Island Biodiversity and Invasive Species (IBIS).

Oleh karena itu, universitas perlu memprakarsai pembangunan website semacam itu untuk memberikan layanan deteksi dan peringatan dini ancaman terhadap ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan. Dengan tersedianya website semacam itu, universitas dapat memberikan layanan deteksi dan peringatan dini kepada petani di perdesaan dengan menggunakan layanan FrontlineSMS dan kepada petani di sekitar perkotaan dengan menggunakan layanan Ushahidi. Layanan FrontlineSMS dan Ushahidi yang tersedia gratis tersebut dapat digabungkan dengan layanan sistem informasi geografik dalam jaringan seperti Google Maps, Bing Maps, OpenStreetMap, dsb., yang juga tersedia gratis, dan layanan identifikasi semacam IDtools dan Delta Keys untuk memberikan informasi mengenai sebaran hama, penyakit, dan gulma. Tersedianya layanan semacam itu diharapkan dapat meningkatkan kapasitas deteksi dan peringatan dini terhadap ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan yang sampai saat ini masih sangat rendah. Informasi yang diperoleh dari masyarakat petani dapat ditindaklanjuti dengan menggunakan mikroskop jarak jauh guna melakukan identifikasi terhadap hama, penyakit, atau gulma baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.

Pada sesi pertama disajikan makalah dan presentasi oleh pembicara kunci yang berasal dari BAPPENAS, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Sesi-sesi selanjutnya pada hari kedua diisi dengan presentasi oleh peserta mendaftar, demikian juga dengan sesi-sesi awal hari kedua. Pada hari kedua, Ir. Yosep Seran Mau, M.Sc., Ph.D., dan Ir. Jenny E.R. Markus, M.App.Sc. masing-masing menjadi moderator sesi pertama dan sesi kedua. Ir. Yosep Seran Mau dan Ir. Jenny E.R. Markus menyajikan poster, masing-masing bertajuk Varietal resistance and yield loss caused by late leaf spot disease in local Rote and Indonesian released gGroundnut varieties. PR IV Undana juga bertugas menjadi moderator sesi terakhir hari kedua untuk melaksanakan semacam diskusi kelompok fokus untuk menghasilkan rumusan hasil pertemuan tingkat tinggi. Hasil diskusi tersebut selanjutnya akan dirumuskan lebih lanjut oleh panitia inti menjadi sejumlah kegiatan yang perlu dilaksanakan sampai tahun 2019. Pada sesi penutupan, Prof. Ian Falk, penghubung PBCRC dan Panitia, meminta agar setiap universitas anggota konsorsium memfinalisasi TLP yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Undana telah mengirimkan revisi TLP yang menjadi tanggung jawabnya dan sesuai dengan topik TLP tersebut berharap dapat membangun basisdata hama, penyakit, dan gulma untuk kemudian ditayangkan melalui website sebagai informasi bagi masyarakat yang kemudian disampaikan kepada petani dengan menggunakan layanan FrontlineSMS.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites