Pertemuan tingkat tinggi bilateral tersebut diharapkan merupakan kelanjutan dari kerjasama yang telah dirintis sejak 2008 dengan melakukan penelitian mengenai berbagai aspek ketahanan hayati di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan memberikan beasiswa kepada dosen dan aparat pemerintah daerah untuk melanjutkan studi pada tingkat S2 dan S3 di perguruan tinggi di Australia dan Indonesia. Sebagai kelanjutan dari kerjasama tersebut, pertemuan bilateral tingkat tinggi kali ini diharapkan dapat menghasilkan dokumen kebijakan berbasis penelitian yang disebut ‘Thought Leadership Paper (TLP)’. Dokumen ini akan memberikan kerangka strategi bagi penguatan ketahanan hayati pertanian di Indonesia, khususnya pengembangan jejaring ketahanan hayati pertanian kawasan timur Indonesia. Dokumen ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan kerjasama bilateral strategis bagi pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia dalam bidang ketahanan hayati dan ketahanan pangan yang diharapkan akan berlangsung sampai pada 2018 melalui kegiatan penelitian yang akan didukung oleh PBCRC. Informasi mengenai latar belakang pertemuan tingkat ini dapat diperoleh dari Kerangka Acuan Kegiatan.
Pada pertemuan tingkat tinggi tersebut, delegasi Undana dipimpin oleh Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama dan Alumni Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D., dengan anggota Ir. Yosep Seran Mau, M.Sc., Ph.D., Ir. Jenny E.R. Markus, M.App.Sc., dan Remi L. Natonis, SP, MSi. Sesuai dengan kesepakatan, setiap universitas pelaksana berkewajiban menyusun dan menyajikan makalah TLP dengan topik sebagai berikut:
- Universitas Nusa Cendana: prakarsa ilmu dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan memberikan peringatan dini (early warning) dan melakukan deteksi efektif (effective detection) dalam menghadapi ancaman ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan;
- Universitas Kristen Satya Wacana: integrasi kebijakan yang berkaitan dengan ketahanan hayati (biosecurity policy integration) antar sktor pemerintahan, khususnya kebijakan mengenai karantina;
- Universitas Sam Ratulangi: kaitan antara keanekaragaman hayati (biodiversity) dengan ketahanan hayati dalam mengamankan pangan dalam jangka pendek dan jangka panjang, khususnya guna mengurangi kehilangan hasil sepanjang rantai produksi dan distribusi pangan; dan
- Universitas Mahasaraswati: pengembangan ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan melalui pendidikan dan latihan (education and training).
Penggunaan Internet sebenarnya sudah sangat luas di Indonesia. Hampir setiap instansi pemerintah dari pusat sampai kabuopaten mempunyai website. Tetapi website tersebut pada umumnya masih digunakan lebih sebagai sarana unjuk diri, belum untuk kepentingan pelayanan masyarakat. Hal ini sangat berbeda dengan website di negara-negara maju, yang telah menggunakan website untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Di negara-negara maju, bukan hanya pemerintah melainkan juga banyak lembaga non-pemerintah yang membangun website untuk memberikan pelayanan, di antaranya memberikan informasi mengenai hama, penyakit, dan gulma. Coba misalnya kunjungi website Pest and Disease Image Library (PaDIL) yang dibangun oleh PBCRC untuk memberikan informasi gratis mengenai hama dan penyakit serta Invasive Species Compendium yang dibangun oleh CABI dan Global Invasive Species Compendium yang dikelola oleh the Invasive Species Specialist Group (ISSG) dari the IUCN Species Survival Commission.untuk memberikan informasi gratis mengenai spesies invasif. Pemerintah Indonesia seharusnya dapat membangun website semacam itu dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia, tetapi entah mengapa hal tersebut tidak dilakukan. Sumberdaya dalam jaringan mengenai keanekaragaman hayati dapat diperoleh antara lain dari Island Biodiversity and Invasive Species (IBIS).
Oleh karena itu, universitas perlu memprakarsai pembangunan website semacam itu untuk memberikan layanan deteksi dan peringatan dini ancaman terhadap ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan. Dengan tersedianya website semacam itu, universitas dapat memberikan layanan deteksi dan peringatan dini kepada petani di perdesaan dengan menggunakan layanan FrontlineSMS dan kepada petani di sekitar perkotaan dengan menggunakan layanan Ushahidi. Layanan FrontlineSMS dan Ushahidi yang tersedia gratis tersebut dapat digabungkan dengan layanan sistem informasi geografik dalam jaringan seperti Google Maps, Bing Maps, OpenStreetMap, dsb., yang juga tersedia gratis, dan layanan identifikasi semacam IDtools dan Delta Keys untuk memberikan informasi mengenai sebaran hama, penyakit, dan gulma. Tersedianya layanan semacam itu diharapkan dapat meningkatkan kapasitas deteksi dan peringatan dini terhadap ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan yang sampai saat ini masih sangat rendah. Informasi yang diperoleh dari masyarakat petani dapat ditindaklanjuti dengan menggunakan mikroskop jarak jauh guna melakukan identifikasi terhadap hama, penyakit, atau gulma baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.
Pada sesi pertama disajikan makalah dan presentasi oleh pembicara kunci yang berasal dari BAPPENAS, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Sesi-sesi selanjutnya pada hari kedua diisi dengan presentasi oleh peserta mendaftar, demikian juga dengan sesi-sesi awal hari kedua. Pada hari kedua, Ir. Yosep Seran Mau, M.Sc., Ph.D., dan Ir. Jenny E.R. Markus, M.App.Sc. masing-masing menjadi moderator sesi pertama dan sesi kedua. Ir. Yosep Seran Mau dan Ir. Jenny E.R. Markus menyajikan poster, masing-masing bertajuk Varietal resistance and yield loss caused by late leaf spot disease in local Rote and Indonesian released gGroundnut varieties. PR IV Undana juga bertugas menjadi moderator sesi terakhir hari kedua untuk melaksanakan semacam diskusi kelompok fokus untuk menghasilkan rumusan hasil pertemuan tingkat tinggi. Hasil diskusi tersebut selanjutnya akan dirumuskan lebih lanjut oleh panitia inti menjadi sejumlah kegiatan yang perlu dilaksanakan sampai tahun 2019. Pada sesi penutupan, Prof. Ian Falk, penghubung PBCRC dan Panitia, meminta agar setiap universitas anggota konsorsium memfinalisasi TLP yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Undana telah mengirimkan revisi TLP yang menjadi tanggung jawabnya dan sesuai dengan topik TLP tersebut berharap dapat membangun basisdata hama, penyakit, dan gulma untuk kemudian ditayangkan melalui website sebagai informasi bagi masyarakat yang kemudian disampaikan kepada petani dengan menggunakan layanan FrontlineSMS.
0 komentar:
Posting Komentar