Sabtu, 30 Mei 2015

Pembantu Rektor IV Memberikan Kuliah Umum Mengenai Kerjasama di Universitas Mahasaraswati, Denpasar, Bali

Pada saat makan jamuan makan malam 2015 Secure Food Futures: Biosecurity and Food Security Summit di Made's Warung Restaurant pada hari pertama 21 Mei 2015, Rektor Universitas Mahasaraswati (Unmas) Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd., meminta mantan CEO Plant Biosecurity Cooperative Research Centre (PBCRC) Prof John Lovett dan PR IV Undana Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D., untuk memberikan kuliah umum di Universitas Mahasaraswati (Unmas). Permintaan yang sama diulangi lagi oleh Ketua Panitia 2015 Secure Food Futures: Biosecurity and Food Security Summit Dr. Ir. Eka Martiningsih, MSi., dilanjutkan oleh guru besar Unmas Prof. Dr. Kaler Surata, MSi. PR IV Undana diminta memberikan kuliah umum mengenai kerjasama karena selama menjabat yang belum genap satu tahun dinilai berhasil mengembangkan kerjasama Undana dengan berbagai pihak, khususnya dengan pihak luar negeri. Menanggapi permintaan memberikan kuliah umum tersebut, PR IV Undana menyanggupi untuk sekedar berbagi pengalaman mengingat kerjasama yang dibangun selama ini sebagian besar masih berupa rintisan dan sebagian yang sudah operasional merupakan kelanjutan dari kerjasama yang dirintis sebelumnya.

Kuliah umum berlangsung di Aula Unmas pada 23 Mei 2013 mulai pada pukul 9.00 WITA dan dibuka dan dimoderatori langsung oleh Rektor Unmas Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd. Dalam kata sambutannya yang disampaikan dalam bahasa Inggris, Rektor Unmas menggarisbawahi pentingnya kerjasama dan memaparkan sejumlah kegiatan kerjasama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang telah dilaksanakan oleh Unmas. Antara lain beliau menguraikan peran Unmas dalam penetapan the Sistem Subak sebagai Manifestasi Filsafat Tri Hita Karana sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage), melalui kerjasama dengan Prof. Stephen Lansing dari University of Arizona, yang dengan dukungan dana dari National Science Foundation (NSF), telah melakukan penelitian mengenai subak sejak 1970-an dan menulis banyak buku dan artikel jurnal ilmiah mengenai sistem subak di Bali, antara lain Perfect Order: Recognizing Complexity in Bali, Priests and Programmers: Technologies of Power in the Engineered Landscape of Bali, The Balinese, and The Three Worlds of Bali. Untuk itu, kata Rektor Unmas, diperlukan berbagi pengalaman dengan universitas lain untuk terus meningkatkan kerjasama yang selama ini telah dirintis.

Dalam paparannya, Prof. John Lovett menjelaskan mengenai Plant Biosecurity Cooperative Research Centre (PBCRC) sebagai institusi yang memang dibangun dengan tujuan utama melakukan kerjasama. Cooperative Research Centre (CRC) merupakan program kerjasama yang dirintis Australia sejak 1990 untuk pengembangan industri yang melibatkan peneliti, industri, dan masyarakat. Saat ini terdapat 35 CRC aktif dalam bidang kesehatan, pengelolaan hama dalam arti luas, pengelolaan kebakaran dan bencana, pasar finansial, serta industri automotif dan luar angkasa. Kerjasama trilateral peneliti, industri, dan masyarakat tersebut telah menghasilkan banyak produk teknologi dan layanan baru yang dapat membantu mengatasi masalah penting ekonomi, lingkungan, dan sosial nyang dihadapi Australia. Di antara 35 CRC aktif tersebut, PBCRC, yang didirikan pada 2005 semula dengan nama Coperative Research Centre for National Plant Biosecurity (CRCNPB), mengkhususkan diri dalam kerjasama mengenai ketahanan hayati tumbuhan dalam kaitan dengan prioritas penelitian untuk menjaga Australia dari ancaman hama dan penyakit invasif serta ancaman kriminal dan terorisme.

Prof. Lovett menggarisbawahi kerjasama bidang pendidikan melalui pemberian beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S3 bidang ketahanan hayati di universitas-universitas anggota PBCRC. Melalui program beasiswa tersebut, PBCRC telah menghasilkan dua orang alumni (disebut PBCRC scholar) di Indonesia, yaitu Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D., dan Theofransus Litaay, SH, LLM, Ph.D., keduanya menyelesaikan S3 di Charles Darwin University. PBCRC akan terus berusaha meningkatkan kerjasama dengan universitas-universitas di Indonesia, khususnya dengan universitas-universitas yang tergabung dalam konsorsium ketahanan hayati. Pada kesempatan tersebut Prof. Lovett menjelaskan kerjasama dalam bidang deteksi dan peringatan dini yang akan dimulai dengan upaya untuk merealisasikan pemasangan mikroskop jarak jauh (remote microscope) di Undana yang sampai saat ini masih tertunda pelaksanaannya. Prof. Lovet menjanjikan akan mengusahakan pemasangan mikroskop jarak jauh tersebut dapat segera direalisasikan.

PR IV Undana memaparkan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menggalang kerjasama. Langkah penting tetapi sering diabaikan adalah mengenali kekuatan dan kelemahan serta tantangan dan peluang. Berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, tantangan, dan peluang tersebut, universitas perlu menetapkan fokus kerjasama dan kemudian merencanakan serta menyiapkan infrastruktur dan pendanaan untuk pelaksanaan kerjasama. PR IV Undana selanjutnya memaparkan pengembangan lahan kering kepulauan sebagai fokus kerjasama Undana. Menurut PR IV Undana, Undana terletak pada lahan kering kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan yang merupakan satu-satunya kawasan lahan kering yang terletak di wilayah kepulauan. Lahan kering lainnya seluruhnya berada di wilayah benua, termasuk lahan kering di sebagian besar wilayah benua Australia yang mendeterminasi wilayah lahan kering kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku bagian Selatan. Oleh karena itu, sudah seharusnya Undana menonjolkan keunikan lokasi geografiknya tersebut sebagai fokus kerjasama. Penonjolan kekhusuan lokasi geografik lahan kering kepulauan tersebut sejalan pula dengan tuntutan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sejumlah provinsi lainnya untuk diakui berstatus sebagai provinsi kepulauan oleh pemerintah pusat.

Dalam paparannya, PR IV Undana menggarisbawahi peranan dosen dalam merintis kerjasama, terutama dengan memulai kerjasama dengan universitas almamaternya. Untuk itu, ketika melanjutkan pendidikan, seorang dosen seharusnya tidak hanya sekedar mengejar lulus cum laude dalam waktu sesingkat-singkatnya, tetapi juga membangun jejaring dengan para dosen dan peneliti di universitas almamaternya. Dosen yang sedang melanjutkan studi juga perlu mempelajari struktur organisasi dan tatakelola pelaksanaan kerjasama oleh lembaga atau pusat penelitian di universitas almamaternya dan berusaha merintis hubungan dengan lembaga dan pusat penelitian tersebut. Setelah selesai mengikuti pendidikan, seorang dosen seharusnya tidak boleh putus hubungan dengan universitas almamaternya, melainkan terus menjalin hubungan, khususnya dengan lembaga atau pusat penelitian di universitas almamater masing-masing. Peranan universitas, menurut PR IV Undana, adalah memfasilitasi pelembagaan kerjasama yang dirintis oleh para dosen, bukan mencarikan proyek kerjasama untuk para dosen sebagaimana anggapan yang masih dipegang oleh banyak dosen sampai saat ini. PR IV Undana mencontohkan berbagai proyek kerjasama Undana dengan CDU, khususnya dengan Research Institute for the Environment and Livelihoods (RIEL) dan dengan The Northern Institute, yang dirintis jauh sebelum menjabat sebagai PR IV, yang kemudian ditingkatkan ketika melanjutkan studi di CDU.

Kuliah tamu yang semula direncanakan diisi oleh dua orang, dalam pelaksanaannya diisi oleh tiga orang karena menurut panitia, ada permintaan dari The Pacific Institute untuk memaparkan kerjasama dalam bidang hukum kesehatan. Pada kesempatan itu, Dr. ..., dari The Pacific Institute memaparkan peluang kerjasama pengembangan S2 dalam bidang hukum kesehatan untuk mengantisipasi permasalahan hukum yang dihadapi oleh institusi maupun praktisi kesehatan yang akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat. Pembukaan program S2 dalam bidang hukum kesehatan akan menjadi sumber pemasukan bagi universitas mengingat sampai saat ini masih sangat sedikit universitas yang membuka program S2 bidang hukum kesehatan. 

Acara kuliah tamu yang berlangsung dengan menggunakan bahasa Inggris diakhiri dengan pidato penutupan dan penyerahan cindra mata oleh Rektor Unmas, foto bersama, dan makan siang. Dalam pidato penutupannya, Rektor Unmas menyampaikan terima kasih atas kesediaan para narasumber untuk menyampaikan kuliah tamu pada pagi tersebut dan mengharapkan agar dirintis kerjasama yang semakin intensif dengan Unmas. Menanggapi hal tersebut, pada saat  foto bersama yang dilakukan di bagian depan aula dengan latar belakang spanduk kuliah umum, PR IV Undana menyampaikan kepada PR IV Unmas Dr. Ir. I Ketut Arnawa, MP, rencana kerjasama untuk membangun jaringan deteksi dan peringatan dini ketahanan hayati, keanekaragaman hayati, dan ketahanan pangan yang akan dibicarakan lebih lanjut pada pertemuan selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites