Selain saya sebagai anggota tim penelitian, juga hadir Dr. Yulius Barra Pasolon mewakili UHO, Kendari. Pembukaan lokakarya pada 16 September 2014 dimulai dengan penyampaian ucapan selamat datang oleh Direktur RIEL, Prof. Andrew Campbell, dilanjutkan dengan sambutan oleh Pro Vice Chancellor – Faculty of Engineering, Health, Science and the Environment dan oleh Konsul Indonesia di Darwin. Dalam kata sambutan mereka, Direktur RIEL, Pro Vice Chancellor, dan Konsul RI di Darwin menggarisbawahi pentingnya kerjasama regional antara Indonesia Timur dan CDU, khususnya kerjasama bidang penelitian, dan berharap untuk bisa terus meningkatkan kerjasama tersebut pada waktu-waktu yang akan datang. Upacara pembukaan diakhiri dengan serah terima cindra mata dengan Direktur RIEL.
Lokakarya dilanjutkan pada hari pertama dan hari kedua 17 September 2014 dengan diskusi mengenai langkah-langkah yang mendesak untuk dilaksanakan. Di antaranya dibahas pelaksanaan pengumpulan data di DAS Tilong dan survei cepat di DAS Noelmina yang harus diseleaikan pada tahun ini. Agenda lain yang juga dibahas adalah kunjungan delegasi pimpinan institusi Indonesia ke CDU dan pemagangan staf dari institusi Indonesia pada institusi terkait di Australia yang ditunda pelaksanaannya menjadi pada tahun depan. Juga dibahas agenda kerjasama penelitian, bait dalam skema GPFD maupun di luar skema tersebut. Dalam skema GPFD dibahas penelitian mahasiswa PhD yang terkait dengan penelitian tambang rakyat dan kerjasama penelitian lain yang dapat dikembangkan pada waktu-waktu yang akan datang. Skema GPFD memberikan kesempatan kepada mahasiswa CDU, ANU, Undana, dan UHO untuk melakukan penelitian PhD di Indonesia, tetapi karena ketatnya persyaratan, khususnya persyaratan Bahasa Inggris, kesempatan tersebut baru bisa dimanfaatkan oleh CDU dan ANU.
Hari ketiga 18 September 2014 dilanjutkan dengan presentasi proposal penelitian oleh dua orang calon mahasiswa PhD, yaitu oleh David Brown dan Hannah Ling. David Brown merencanakan akan meneliti kaitan antara penambangan mangan dengan perladangan tebas bakar dan ketahanan pangan, sedangkan Hannah Ling merencanakan akan meneliti kaitan antara penambangan mangan dengan keanekaragaman hayati. Kedua mahasiswa akan dibimbing oleh supervisor CDU and ANU dengan co-supervisor dapat dari Undana atau UHO. Saya diharapkan dapat menjadi co-supervisor untuk David Brown, mendampingi Dr Natasha Stacey, Senior Research Fellow – Research Institute for the Environment & Livelihoods, yang bertindak sebagai supervisor. Siang diisi dengan peninjauan kampus dan peninjauan kawasan hutan mangrove dan pantai di bagian belakang kampus, dilanjutkan dengan pertemuan dengan Dr. Jeremy Russell-Smith dan Dr. Penny Wurms, Dean of Academic Affairs, School of Environment CDU, untuk membahas kerjasama yang akan didanai melalui skema Bushfire and Natural Hazards CRC.
Pada hari terakhir kunjungan 19 September 2014 dilakukan studi lapangan ke lokasi rehabilitasi tambang terbuka bahan galian C. Rehabilitasi yang dipimpin oleh Dr. Sean Bellairs dari CDU sebagai team leader dilakukan dengan penanaman jenis-jenis pohon menggunakan tanah permukaan yang dikembalikan sebagai media tanam. Beberapa jenis pohon lokal tampak mampu bertahan, tapi kemampuan bertahan tersebut dipengaruhi oleh kombinasi media yang digunakan. Dari lokasi rehabilitasi tambang kunjungan dilanjutkan ke rumah Dr. Jeremy-Russell-Smith yang sehari sebelumnya mengundang makan siang.
Rumah Dr. Russell-Smith terletak menyendiri di luar kawasan permukiman, jauh dari pusat kota, dikelilingi oleh hutan yang terdiri atas jenis-jenis pohon hutan tropis dataran rendah, di antaranya banyak jenis pohon yang juga tumbuh di NTT. Tuan rumah menceritakan bagaimana dia membeli lahan dan kemudian mengoleksi benih berbagai jenis pohon, membibitkannya di screen house yang terlebih dahulu dibangun sebelum membangun rumah, dan merancang rumah dengan gaya arsitektur rumah tropis yang terbuka. Rumah terdiri atas bangunan tamu, bangunan ruang keluarga, dan bangunan ruang kerja dan perpustakaan yang terpisah dan dipisahkan oleh semak dan pohon-pohon besar. Kami berbincang mengenai banyak hal, terutama mengenai ekologi hutan tropis dataran rendah kering, sambil menikmati salad dan ayam masak oven yang disajikan tuan rumah.
Pagi hari sehari sebelumnya, kami menyempatkan diri mengunjungi Darwin Botanic Garden yang berlokasi dekat dengan tempat menginap. Di dalam kebun raya tersebut terdapat banyak jenis tumbuhan asli Indonesia, di samping tentu saja tumbuhan asli Australia Utara dan tumbuhan asal dari negara lain. Terbayang seandainya saja pemerintah Provinsi NTT bisa membangun kebun raya serupa di Kupang. Terbayang pula andaikan saja BP DAS dan Dinas Kehutanan menanam jenis-jenis pohon lokal untuk merehabilitasi lahan kritis. Tapi yang menjadi kenyataan adalah hutan NTT yang hancur lebur, bukan hanya karena pohon-pohonnya ditebangi tetapi lebih-lebih karena penanaman kembali telah menjadikan hutan NTT tidak ada bedanya dengan hutan di daerah lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar