Kamis, 04 September 2014

Menyampaikan Orasi Ilmiah Berjudul 'Biosecurity (Ketahanan Hayati): Perubahan Paradigma Perlindungan Tanaman untuk Menghadapi Tantangan Globalisasi'

Siang hari, Senin, 25 Agustus 2014, saya menerima surat dari Pembantu Rektor I Dr. David Pandie. Isinya, bisa dibilang mengejutkan atau bisa juga tidak, saya diminta menyampaikan orasi ilmiah pada hari kedua Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Dies Natalis ke-52 serta Wisuda Magister, Profesi, dan Sarjana Undana Periode September 2014. Mengejutkan karena sebelumnya Rektor sudah menyampaikan bahwa pada Dies Natalis ke-52 ini, orasi ilmiah akan disampaikan oleh Rektor Universitas Hasanuddin. Juga mengejutkan karena dalam satu rangkaian perayaan dies dan prosesi wisuda, yang karena jumlah wisudawan/wisudawati terlalu banyak dilakukan dua hari, disampaikan dua orasi ilmiah. Bisa dikatakan tidak mengejutkan karena sebelumnya, pada saat wisuda periode Juni 2014, PR I sudah pernah meminta agar saya menyampaikan orasi ilmiah pada wisuda berikutnya tetapi saya tidak menyanggupi karena saya baru diwisuda Oktober, sedangkan Dies Natalis ke-52 berlangsung 1 September.

Bagaimanapun, terlepas dari berbagai kesibukan sebagai PR IV, baik kesibukan sehari-hari maupun kesibukan dalam mempersiapkan perayaan dies natalis dan prosesi wisuda, saya harus menyiapkan orasi ilmiah yang diminta oleh panitia untuk dikumpulkan selambat-lambatnya Jumat, 29 September 2014. Praktis saya hanya mempunyai waktu selama 3 hari, Selasa sampai Kamis, itu pun kalau saya tidak harus melayani tamu dan kegiatan lainnya. Tapi pada hari Selasa ternyata banyak tamu, di antaranya dari Litbang KPK dan dari Kopasus, sehingga pada hari itu saya belum tahu bagaimana alur orasi yang harus saya sampaikan. Ketika menerima surat sehari sebelumnya, saya sudah memutuskan akan menyampaikan orasi mengenai biosecurity (ketahanan hayati), tetapi belum mereka-reka bagaimana akan menyampaikannya.

Begitulah, sesampai di rumah sekitar pukul 21.00 WITA pada hari Selasa, saya mencoba menyalakan komputer untuk membaca kembali tesis S3 saya mengenai ketahanan hayati masyarakat jeruk keprok soe. Tidak musah menentukan bagian yang mana dari 4 bab mengenai hasil dan pembahasan yang akan saya ambil untuk menyusun orasi ilmiah. Keempat bab tersebut, setelah saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, adalah: (1) Mengkonfirmasi ketahanan hayati: Mengidentifikasi hama dan penyakit serta menilai ancamannya di lapangan, (2) Sebaran hama dan penyakit: Studi kualitatif mengenai produksi dan distribusi bibit okulasi serta pendekatan masyarakat untuk memperbaiki tatakelola ketahanan hayati, (3) Menjelaskan ketahanan hayati: Studi metode campuran terhadap faktor-faktor yang berpotensi berkontribusi terhadap ketahanan hayati masyarakat, dan (4) Pembahasan umum dan sintesis: Teori baru mengenai ketahanan hayati masyarakat. Saya berusaha membaca kembali bab-bab tersebut dengan cepat, tetapi saya tetap belum dapat menentukan akan mengambil bagian yang mana.

Keesokan harinya, Rabu, saya sampaikan kepada sekretaris bahwa saya tidak bisa menerima bisa menerima tamu. Saya berusaha merenungkan bagian mana dari tesis saya yang akan saya ambil untuk menyusun orasi ilmiah. Saya teringat dengan tema Dies Natalis sebagaimana seminggu sebelumnya, saya diskusikan dengan Rektor, 'Meningkatkan Daya Saing Global Berdasarkan Keunggulan Lokal'. Saya putuskan untuk menyusun orasi ilmiah dengan mengaitkan ketahanan hayati dengan globalisasi dan upaya yang perlu dilakukan untuk melindungi keunggulan lokal, dalam hal ini lahan kering kepulauan. Saya merasa seperti Archimedes ketika menerikan Eureka. Tetapi ini baru menemukan topik, pekerjaan panjang masing menunggu, bagaimana menyusun alur dengan topik tersebut sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh khalayak non-teknis, yang terdiri atas wisudawan/wisudawati dan orang tua mereka serta undangan lainnya yang terdiri atas para pejabat. Selain lebih mudah dapat dipahami, saya harus mengusahakan agar orasi ilmiah dengan topik tersebut bisa menarik perhatian.

Saya putuskan judul orasi saya adalah Biosecurity (Ketahanan Hayati): Perubahan Paradigma Perlindungan Tanaman untuk Menghadapi Globalisasi. Saya mempertahankan istilah asing biosecurity, meskipun saya adalah yang mengusulkan agar istilah tersebut diindonesiakan menjadi ketahanan hayati, dengan pertimbangan istilah asing tersebut lebih menarik di kalangan para pejabat (yang lebih suka menggunakan istilah asing daripada mengindonesiakannya). Saya juga sengaja memilih istilah paradigma, yang juga merupakan istilah yang populer di kalangan para pejabat, meskipun saya ragu apakah mereka benar-benar memahami apa makna istilah tersebut. Selebihnya, istilah globalisasi saya pilih untuk menyelaraskan orasi ilmiah saya dengan tema dies natalis sebagaimana telah saya sebutkan sebelumnya. Saya putuskan untuk menyusun orasi ilmiah dengan alur yang dimulai dengan dampak umum globalisasi, ancaman yang ditimbulkan oleh globalisasi pada sektor pertanian dalam bentuk kehilangan hasil tanaman (yield loss), paradigma lama dalam menghadapi ancaman terhadap kehilangan hasil, paradigma baru ketahanan hayati yang saya tawarkan, kemunduran jeruk keprok soe sebagai contoh ketidakberdayaan paradigma lama perlindungan tanaman, dan upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ketahanan hayati lahan kering kepulauan.

Saya sudah mempunyai alur, tetapi itu berhasil saya rumuskan ketika hari Rabu sudah menjelang sore. Praktis saya hanya mempunyai satu hari lagi, Kamis, untuk menyelesaikan penyusunannya. Sementara itu, pekerjaan yang berkaitan dengan jabatan sebagai PR IV juga harus saya laksanakan, menerima tamu, mengikuti rapat-rapat, mewakili rektor membuka atau menutup kegiatan, dan bahkan mendampingi istri mengorganisasikan pertandingan bola voli ibu-ibu dharma wanita dalam rangka perayaan dies natalis. Rabu siang, panitia datang ke ruangan saya untuk memastikan kapan orasi ilmiah dapat saya selesaikan untuk kemudian siap cetak. Ketika saya sampaikan kendala waktu yang saya hadapi, panitia dengan baik hati menyarankan agar saya menyalin (copy) dan menempel (paste) saja dari tesis PhD saya. Saya berusaha memaklumi mengapa panitia menyarankan begitu, tetapi tentu saja itu tidak bisa saya lakukan karena tesis saya dalam bahasa Inggris, sedangkan orasi ilmiah harus saya bacakan dalam bahasa Indonesia. Saya pun minta waktu sampai Jumat petang. Panitia mempunyai waktu untuk mencetak pada Sabtu sampai Senin, karena saya menyampaikan orasi pada hari kedua, Selasa.

Hari Kamis saya mulai menyusun orasi. Saya sudah terbiasa menulis cepat sehingga tidak mengalami banyak kesulitan dalam menuangkan alur pikiran yang telah saya rangkai ke dalam kalimat dan alinea. Saya sudah biasa menulis tayangan blog hanya dalam satuan jam. Tentu saya menyiapkan tulisan blog tidak sama dengan menyusun sebuah orasi ilmiah, meskipun bahasa orasi sudah saya putuskan untuk bernuansa ilmiah populer. Saya perlu melengkapi naskah orasi dengan pustaka dan data sebagai lampiran. Pustaka saya pilih dari tesis saya, dengan menambahkan beberapa pustaka yang berkaitan dengan globalisasi dan kehilangan hasil tanaman. Pustaka tersebut saya ekspor dari EndNote ke dalam Zotero, yang pertama adalah program aplikasi berbayar pengelolaan pustaka yang saya gunakan ketika menyusun tesis sedangkan yang kedua adalah program aplikasi akses terbuka pengelolaan pustaka. Sebagian data, yaitu data mengenai kehilangan hasil tanaman, perlu saya telusuri di dunia maya karena bukan merupakan bagian dari tesis saya. Data lainnya, terutama dalam bentuk peta dan foto, saya pilih dari dari tesis saya. Meskipun sudah bekerja sampai larut pada Kamis malam, sampai hari Jumat siang, saya belum juga menyelesaikan naskah orasi.

Hari Jumat saya masuk kantor agak siang karena pagi harinya saya gunakan untuk melanjutkan penyusunan orasi di rumah. Saya baru berangkat ke kantor setelah naskah orasi berhasil saya susun dalam bentuk naskah kasar. Sesampai di kantor, saya minta sekretaris untuk mencetak dan melakukan proof reading untuk menemukan kata-kata yang salah ketik. Saya sebenarnya ingin meminta bantuan kepada seseorang untuk membantu memperbaiki tatabahasa dan isi naskah, tetapi karena waktu yang sangat mendesak, saya memutuskan untuk tidak melakukan itu. Ketika menyusun orasi ilmiah pada kali pertama untuk dies natalis ke-36 pada 1998, saya meminta bantuan orang lain untuk memeriksa tatabahasa dan orang lain lagi untuk memeriksa isi naskah. Kali ini saya terpaksa tidak bisa melakukan itu karena hari sudah menjelang malam ketika saya menyesaikan penyuntingan akhir dan saya harus menyerahkan naskah orasi ilmiah kepada panitia.

Orasi ilmiah berhasil saya susun dan saya sampaikan pada hari kedua Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Dies Natalis ke-52 serta Wisuda Magister, Profesi, dan Sarjana Undana Periode September 2014, silahkan unduh atau baca online (memerlukan Adobe Reader versi termutakhir). Tentu saja orasi yang saya susun dan bacakan tersebut tidak lepas dari berbagai kekurangan. Saya lupa mencantumkan sejumlah pustaka, di antaranya buku Revisitasi Lahan Kering yang saya susun bersama dengan Prof. Fredrik L. Benu, padahal buku tersebut merupakan buku mengenai lahan kering kepulauan sebagai unggulan lokal yang saya paparkan dalam orasi. Saya juga menulis salah gelar akademik istri saya, saya tuliskan SP padahal seharusnya SPi. Terhadap kesalahan tersebut dan kesalahan-kesalahan lainnya, melalui kesempatan ini saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Harapan saya, sebagaimana telah saya sampaikan dalam orasi ilmiah, semoga pengalaman mengenai kemuduran jeruk keprok soe dapat kita jadikan pelajaran dalam mengelola ketahanan hayati kawasan lahan kering kepulauan, agar tidak terulang lagi pada tanaman lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites