Kamis, 14 Agustus 2014

PR IV Mewakili Rektor Membuka Secara Resmi dan Menyajikan Materi pada Seminar Dies Natalis XIII FKM Undana

Dies Natalis XIII Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undana tahun 2014 dirayakan dengan mengadakan sejumlah kegiatan, di antaranya seminar sehari dengan tema "Kelurga Sehat sebagai Pilar Utama Pembangunan Bangsa". Kegiatan seminar dilaksanakan pada Rabu, 13 Agustus 2014 bertempat di gedung baru kampus FKM Undana. Rencananya, seminar sehari yang menghadirkan 4 pembicara kunci tersebut dibuka oleh Rektor, tetapi karena berhalangan, Rektor mewakilkan kepada Pembantu Rektor IV (PR IV) I Wayan Mudita untuk membuka dan sekaligus menyampaikan materi dengan judul "Penguatan Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal: Pemanfaatan Pangan Lokal untuk Menunjang Gizi Keluarga".

Dalam kata sambutan mewakili Rektor, PR IV menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh sivitas akademika FKM Undana yang dalam 13 tahun terakhir ini telah berkontribusi banyak terhadap pembangunan kesehatan di Provinsi NTT. Disampaikan bahwa usia 13 tahun merupakan usia menginjak remaja bagi manusia, tetapi bagi sebuah institusi pendidikan, merupakan usia yang sudah sewajarnya bisa memberikan kontribusi sesuai dengan tridharma yang diembannya. Pada kesempatan tersebut Pembantu Rektor IV juga menyampaikan selamat atas ditunjuknya Dekan FKM Dra. Engelina Nabuasa, MS, sebagai Ketua Panitia Dies Natalis 52 Undana, yang jatuh pada 1 September 2014 nanti. Perayaan Dies Natalis tersebut dilkukan dengan melaksanakan serangkaian kegiatan, di antaranya bazar dan jalan sehat yang telah dilaksanakan pada 11-13Agustus 2014.

PR IV sekaligus menggunakan kesempatan tersebut untuk menjelaskan visi universitas berwawasan global yang perlu dipahami dengan mengedepankan keunggulan lokal. Dalam kaitan dengan keunggulan tersebut, Undana telah menetapkan lahan kering kepulauan sebagai pola ilmiah pokok. Sehubungan dengan itu, PR IV meminta FKM Undana untuk memfokuskan upaya untuk mengedepankan lahan kering kepulauan sebagai jati diri dalam melaksanakan kegiatan tridharmanya. PR IV meminta FKM untuk tidak perlu terganggu dengan istilah 'lahan' karena istilah tersebut tidak hanya menyangkut tanah melainkan segala bentuk mahluk hidup yang didukungnya, termasuk manusia yang menjadi obyek FKM. Lahan kering terdapat di banyak tempat di dunia, tetapi lahan kering kepulauan hanya terdapat di kepulauan Nusa Tenggara dan pulau-pulau bagian selatan Provinsi Maluku. Dengan berfokus pada lahan kering kepulauan diharapkan FKM Undana dapat menjadi menonjol karena berbeda dari FKM di universitas-universitas lain.

Atas nama Rektor, PR IV membuka seminar dengan resmi seraya mengajak peserta untuk berperan aktif mensukseskan pelaksanaan seminar tersebut. Pembukaan langsung dilanjutkan dengan presentasi sesi pertama yang menampilkan 3 pembicara secara panel, yaitu PR IV mewakili Rektor, Dekan FKM Dra. Engelina Nabuasa, MS, dan Dr. dr. H.A. Fernandez, M.Kes. Dalam presentasinya, PR IV memaparkan kearifan lokal dalam kaitan dengan kebijakan ketahanan pangan, program ketahanan pangan dan hasilnya, serta harapan terhadap peran FKM Undana untuk mendukung penguatan gizi keluarga berfokus pada lahan kering kepulauan. Untuk itu, PR IV meminta agar FKM Undana dapat mengimplementasikan pola ilmiah pokok lahan kering kepulauan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

Dalam paparannya, PR IV menyoroti kebijakan ketahanan pangan yang memberikan apresiasi terhadap kearifan lokal dan pangan lokal. Kearifan pangan memang telah secara implisit dicantumkan dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Namun kearifan lokal tersebut masih belum terjabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan yang masih berlandaskan pada undang-undang pangan sebelumnya. Terutama disoroti kebijakan diversifikasi pangan yang berfokus pada diversifikasi konsumsi pangan, yang menurut PR IV, cenderung meningkatkan impor pangan dan menumbuhkan kebergantungan pada pangan impor. Sehubungan dengan itu, PR IV Undana menegaskan bahwa diversifikasi konsumsi perlu didahului dengan diversifikasi produksi pangan. "Bukannya mendorong produksi pangan melalui intensifikasi komoditas tunggal semisal program 'jagungisasi', melainkan seharusnya mendorong pengembangan sistem produksi tumpangsari semisal peningkatan sistem pekarangan dan sistem perladangan", tandasnya. Diversifikasi konsumsi pangan, lanjutnya, hanya akan dapat meningkatkan konsumsi pangan lokal bila pangan lokal tersedia di pasar, bukannya pasar justru dipenuhi dengan bahan pangan impor.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites