Setelah melaksanakan kegiatan Ekspedisi Pendakian Gunung Mutis, Undana kembali melaksanakan kegiatan ruang (outdor) dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-52. Kegiatan tersebut, yang diselenggarakan 23 Agustus 2014, adalah kegiatan Bakti Sosial di Pantai Oetune, pantai wisata di Kecamatan Kualin, Kabupaten TTS. Kegiatan bakti sosial tersebut dimaksudkan untuk berbagi rasa dengan masyarakat setempat, sekaligus belajar dari masyarakat mengenai permasalahan yang mereka hadapi. Dengan begitu diharapkan Undana tidak menjadi menara gading, melainkan merupakan bagian dari masyarakat dan bahkan milik masyarakat. Kegiatan ini sekaligus menunjukkan bahwa pada Dies Natalis ke-52 ini Undana sudah ada di gunung dan di laut, sesuai dengan pola ilmiah pokoknya, lahan kering kepulauan, dan visinya, menjadi universitas berwawasan global tanpa melupakan jati dirinya.
Pantai Oetune merupakan pantai wisata yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten TTS. Pantai ini dapat dicapai dari Kupang dengan menempuh jalan raya menuju Soe dan setelah tiba di Batuputih, setelah jembatan Noel Mina, berbelok ke kanan melewati Panite, ibukota Kecamatan Amanuban Selatan. Dari Soe, dapat dicapai melalui jalan raya ke Kupang, dengan berbelok ke kiri di Batuputih, sebelum mencapai jembatan Noel Mina. Jalan menuju pantai tersebut merupakan jalan beraspal mulus dengan pemandangan khas Timor, padang savana, dan pemandangan areal persawahan di sepanjang dataran sungai Noel Mina. Menjelang memasuki pantai, pengunjung harus melalui jalan perkerasan sepanjang beberapa kilometer, melewati hamparan tumbuhan lontar, mirip dengan hamparan kelapa di sepanjang pantai pulau-pulau di Indonesia bagian barat.
Kegiatan bakti sosial dihadiri oleh Camat Kualin, kepala desa setempat, dan warga desa-desa setempat. Kegiatan bakti sosial dibuka dengan sambutan oleh Rektor Undana, Prof. Fredrik L. Benu. Rektor menyampaikan bahwa kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan sebagai rangkaian perayaan Dies Natalis ke-52 Undana dimaksudkan untuk mendekatkan Undana dengan masyarakat. Rektor menyampaikan bahwa Pantai Oetune dipilih sebagai lokasi merupakan tindak lanjut dari kunjungan Rektor sebelumnya. Dari kunjungan pendahuluan tersebut diperoleh informasi bahwa masyarakat setempat menghadapi sejumlah permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian dari Undana. Di antara permasalahan yang dihadapi tersebut, yang menonjol adalah masalah kesehatan dan masalah alih penguasaan lahan seiring dengan pengembangan Pantai Oetune sebagai obyek wisata baru.
Kegiatan dimulai dengan pembagian anakan pohon untuk ditanam oleh masyarakat pada musim hujan yang akan datang. Anakan tersebut merupakan sumbangan dari Kepala BLHD Provinsi NTT, Ir. Frederik Tielman, yang adalah alumnus Fakultas Pertanian Undana. Penyampaian sumbangan anakan pohon tersebut difasilitasi oleh Ir. Zigma Naraheda, juga alumnus Fakultas Pertanian Undana dan pejabat di lingkungan BLHD Provinsi NTT, yang sebelumnya juga berperan aktif mengorganisasikan kegiatan Ekspedisi Pendakian Gunung Mutis. Anakan yang disumbangkan terdiri atas anakan pohon asli Timor, cendana, dan anakan pohon introduksi bernilai ekonomis, gmelina dan mahoni.
Setelah penyerahan anakan, kegiatan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa FK Undana, dikoordinasikan sendiri oleh Dekan FK Undana, dr. A.A. Heru Tjahyono, SpOG. Bersamaan dengan itu dilaksanakan pertandingan lari karung dan pertandingan tarik tambang di bibir pantai. Yang unik dari kedua kegiatan pertandingan ini, meskipun dilaksanakan di pantai, keduanya dilakukan di pasir kering, bukan pada bagian pasir yang terhempas ombak. Tentu akan lebih seru bila kedua pertandingan dilakukan dengan berbasah-basah. Tetapi kedua pertandingan dilakukan di pasir kering sesungguhnya merupakan cerminan bawah sadar, bahwa meski bagaimanapun, di benak masyarakat lahan kering tetap saja tertanam perasaan takut air. Kegiatan tarik tambang dilanjutkan dengan tarik tambang menarik bis yang terperosok masuk pasir dan tarik tambang antara dua bis yang sama-sama terperosok, setelah bis kedua mencoba menolong menarik yang lebih dahulu terbenam di pasir.
Sementara itu, ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Undana, organisasi para sitri tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Undana, bersama-sama dengan dosen dan mahasiswa yang hadir, berbaur dengan masyarakat setempat menunjukkan kebolehan masing-masing menari di bawah terik matahari. Tak hirau terpaan panas matahari pantai dan hembusan angin pantai yang berdebu, mereka terus menarikan satu tarian ke tarian berikut, diiringi musik membahana yang diputar melalui sound system yang sengaja dibawa oleh panitia. Pada saat yang sama, dosen dan tenaga kependidikan FST Undana menggelar kegiatan terpisah, memanggang daging di balik kerimbunan anakan lontar. Sebelum makan siang bersama, dilakukan penyerahan sembako sumbangan Flobamora Mall kepada masyarakat yang membutuhkan, oleh Rektor dan pejabat lainnya.
Sebelum meninggalkan pantai, Rektor memimpin pengumpulan sampah di sepanjang pantai dan sekitar lokasi kegiatan. Sampah, yang terdiri terutama atas sampah plastik, dikumpulkan di tempat pengumpulan sampah yang sudah ada. Rombongan meninggalkan Pantai Oetune menjelang petang, meninggalkan deretan deretan rumpun lontar yang kemilau diterpa sinar matahari menjelang terbenam. Rombongan kembali dengan menggunakan bis, pickup, dan kendaraan dinas maupun pribadi, bahkan juga dengan motor, kembali ke rumah masing-masing. Mudah-mudahan sesampai di rumah, masing-masing merenungkan apa yang seharusnya dapat dilakukan Undana untuk bisa lebih banyak berbuat untuk masyarakat di sekitarnya.
Pantai Oetune merupakan pantai wisata yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten TTS. Pantai ini dapat dicapai dari Kupang dengan menempuh jalan raya menuju Soe dan setelah tiba di Batuputih, setelah jembatan Noel Mina, berbelok ke kanan melewati Panite, ibukota Kecamatan Amanuban Selatan. Dari Soe, dapat dicapai melalui jalan raya ke Kupang, dengan berbelok ke kiri di Batuputih, sebelum mencapai jembatan Noel Mina. Jalan menuju pantai tersebut merupakan jalan beraspal mulus dengan pemandangan khas Timor, padang savana, dan pemandangan areal persawahan di sepanjang dataran sungai Noel Mina. Menjelang memasuki pantai, pengunjung harus melalui jalan perkerasan sepanjang beberapa kilometer, melewati hamparan tumbuhan lontar, mirip dengan hamparan kelapa di sepanjang pantai pulau-pulau di Indonesia bagian barat.
Kegiatan bakti sosial dihadiri oleh Camat Kualin, kepala desa setempat, dan warga desa-desa setempat. Kegiatan bakti sosial dibuka dengan sambutan oleh Rektor Undana, Prof. Fredrik L. Benu. Rektor menyampaikan bahwa kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan sebagai rangkaian perayaan Dies Natalis ke-52 Undana dimaksudkan untuk mendekatkan Undana dengan masyarakat. Rektor menyampaikan bahwa Pantai Oetune dipilih sebagai lokasi merupakan tindak lanjut dari kunjungan Rektor sebelumnya. Dari kunjungan pendahuluan tersebut diperoleh informasi bahwa masyarakat setempat menghadapi sejumlah permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian dari Undana. Di antara permasalahan yang dihadapi tersebut, yang menonjol adalah masalah kesehatan dan masalah alih penguasaan lahan seiring dengan pengembangan Pantai Oetune sebagai obyek wisata baru.
Kegiatan dimulai dengan pembagian anakan pohon untuk ditanam oleh masyarakat pada musim hujan yang akan datang. Anakan tersebut merupakan sumbangan dari Kepala BLHD Provinsi NTT, Ir. Frederik Tielman, yang adalah alumnus Fakultas Pertanian Undana. Penyampaian sumbangan anakan pohon tersebut difasilitasi oleh Ir. Zigma Naraheda, juga alumnus Fakultas Pertanian Undana dan pejabat di lingkungan BLHD Provinsi NTT, yang sebelumnya juga berperan aktif mengorganisasikan kegiatan Ekspedisi Pendakian Gunung Mutis. Anakan yang disumbangkan terdiri atas anakan pohon asli Timor, cendana, dan anakan pohon introduksi bernilai ekonomis, gmelina dan mahoni.
Setelah penyerahan anakan, kegiatan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa FK Undana, dikoordinasikan sendiri oleh Dekan FK Undana, dr. A.A. Heru Tjahyono, SpOG. Bersamaan dengan itu dilaksanakan pertandingan lari karung dan pertandingan tarik tambang di bibir pantai. Yang unik dari kedua kegiatan pertandingan ini, meskipun dilaksanakan di pantai, keduanya dilakukan di pasir kering, bukan pada bagian pasir yang terhempas ombak. Tentu akan lebih seru bila kedua pertandingan dilakukan dengan berbasah-basah. Tetapi kedua pertandingan dilakukan di pasir kering sesungguhnya merupakan cerminan bawah sadar, bahwa meski bagaimanapun, di benak masyarakat lahan kering tetap saja tertanam perasaan takut air. Kegiatan tarik tambang dilanjutkan dengan tarik tambang menarik bis yang terperosok masuk pasir dan tarik tambang antara dua bis yang sama-sama terperosok, setelah bis kedua mencoba menolong menarik yang lebih dahulu terbenam di pasir.
Sementara itu, ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Undana, organisasi para sitri tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Undana, bersama-sama dengan dosen dan mahasiswa yang hadir, berbaur dengan masyarakat setempat menunjukkan kebolehan masing-masing menari di bawah terik matahari. Tak hirau terpaan panas matahari pantai dan hembusan angin pantai yang berdebu, mereka terus menarikan satu tarian ke tarian berikut, diiringi musik membahana yang diputar melalui sound system yang sengaja dibawa oleh panitia. Pada saat yang sama, dosen dan tenaga kependidikan FST Undana menggelar kegiatan terpisah, memanggang daging di balik kerimbunan anakan lontar. Sebelum makan siang bersama, dilakukan penyerahan sembako sumbangan Flobamora Mall kepada masyarakat yang membutuhkan, oleh Rektor dan pejabat lainnya.
Sebelum meninggalkan pantai, Rektor memimpin pengumpulan sampah di sepanjang pantai dan sekitar lokasi kegiatan. Sampah, yang terdiri terutama atas sampah plastik, dikumpulkan di tempat pengumpulan sampah yang sudah ada. Rombongan meninggalkan Pantai Oetune menjelang petang, meninggalkan deretan deretan rumpun lontar yang kemilau diterpa sinar matahari menjelang terbenam. Rombongan kembali dengan menggunakan bis, pickup, dan kendaraan dinas maupun pribadi, bahkan juga dengan motor, kembali ke rumah masing-masing. Mudah-mudahan sesampai di rumah, masing-masing merenungkan apa yang seharusnya dapat dilakukan Undana untuk bisa lebih banyak berbuat untuk masyarakat di sekitarnya.