Survei uji coba ini dipimpin oleh Remi L. Natonis, SP, MSi., dan dikoordinasikan oleh oleh anggota tim inti, Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D., melibatkan dosen dan mahasiswa dari program studi agroteknologi dan agribisnis, Fakultas Pertanian, dan program studi pertambangan, Fakultas Sains dan Teknik. Metodologi yang diuji coba penggunaannya adalah metode penilaian areal tambang, metode wawancara, dan metode pengukuran erosi yang telah dirancang pada penelitian fase pendahuluan yang dilaksanakan pada 2012-2013 sebelumnya di seluruh kabupaten/kota di Timor Barat. Uji coba dilakukan untuk mengetahui kinerja penggunaan metode serta mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam penerapannya di lapangan. Berdasarkan atas temuan dari survei uji coba ini akan dilakukan penyempurnaan metode yang nanti akan digunakan pada survei sebenarnya yang akan dilaksanakan di DAS Noelmina pada 2015.
Medan yang ditempuh berbukit sampai bergunung. Berjalan kaki di hamparan padang dan belukar yang gersang pada puncak musim kemarau memang tidaklah mudah. Maklum, lokasi areal tambang mangan pada umumnya terletak jauh dari permukiman penduduk, jauh pula dari jalan, sehingga satu-satunya yang dapat dilakukan adalah berjalan kaki belasan kilometer untuk menuju areal penambangan. Perjalanan harus pula ditempuh melalui lereng bukit, badan sungai kering, dan padang yang sejauh mata memandang tidak ada pepohonan. Sesampainya di lokasi, anggota tim harus melakukan pengukuran kedalaman setiap lubang galian tambang, harus mengukur luas setiap lubang tambang dengan menggunakan alat penerima GPS, semuanya harus dilakukan di bawah terik matahari karena pohon-pohon yang seharusnya bisa menjadi peneduh sedang tidak berdaun. Kendala yang berbeda tentu akan dialami bila survei dilakukan pada musim hujan sehingga penentuan waktu survei yang tepat menjadi sangat penting agar metodologi yang sudah dirancang dapat digunakan secara optimal.
Pada siang hari musim kemarau seperti ini, anggota masyarakat umumnya sibuk membuka lahan yang dilakukan dengan cara menebas belukar, dibiarkan mengering, untuk kemudian dibakar. Ketika pulang, mereka membawa dedaunan pohon yang dipangkas untuk digunakan sebagai pakan sapi. Pada musim kemarau seperti ini, rumput mengering sehingga penduduk mengandalkan jenis-jenis pohon tertentu, di antaranya beringin dan kabesak, sebagai hijauan pakan. Mereka juga pulang dengan membawa kayu bakar, yang disishkan dari potongan belukar yang ditebang di lokasi mereka membuka ladang. Sesampai di rumah, kamum ibu dan anak-anak masih harus berjalan jauh lagi, karena sungai-sungai mengering, untuk pergi ke mata air untuk mengambil air untuk minum dan masak. Larut malam mereka baru bisa berkumpul dengan keluarga. Karena itu, wawancara sebaiknya dilakukan pada malam hari dan pada pagi hari ketika sebagian besar anggota masyarakat masih berada di eumah.
Pada saat dilakukan survei uji coba, aktivitas penambangan mangan di DAS Tilong sedang dihentikan karena konflik antar kelompok yang terjadi sebelumnya. Penambangan mangan memang rawan menimbulkan konflik, terutama karena status penguasaan lahan yang rumit. Konflik seperti itu ada yang bisa diselesaikan secara adat, tetapi ada juga yang penyelesaiannya melalui jalur hukum. Karena sedang tidak ada aktivitas penambangan maka selama survei tidak ditemukan ada aktivitas penambangan, melainkan hanya lubang tambang, baik lubang baru maupun lubang lama. Karena itu pula tidak dapat diketahui bagaimana cara penambangan dilakukan, meskipun pada umumnya dengan cara menggali lubang vertikal. Hanya di beberapa tempat ditemukan lubang horizontal, khususnya di lereng tebing bukit atau di tebing sungai.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa penambangan mangan rakyat merupakan pekerjaan yang dilakukan terutama pada musim kemarau setelah selesai panen. Penambangan dilakukan oleh sebagian besar anggota masyarakat sebagai pekerjaan sambilan dengan menggunakan peralatan sederhana linggis dan tanpa menggunakan alat pengaman apapun. Batuan mangan yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung untuk dipikul dibawa pulang ke rumah. Pembeli biasanya datang ke rumah penduduk dan batuan mangan dijual dengan harga sekitar Rp 1.000,-/kg. Bukan harga yang sangat menarik, tetapi di tengah langkanya sumber pendapatan tunai maka hasil penambangan mangan menjadi sangat berarti sebagai sumber pendapatan tunai rumah tangga.