Dalam acara sambutan pembukaan workshop, Rektor Undana mengatakan bahwa ketahanan pangan saat ini menjadi isu penting masyarakat dunia. Lebih lanjut dikatakan, pengairan dan irigasi untuk lahan pertanian menjadi sangat penting untuk merealisasikan upaya meningkatkan produktivitas hasil pertanian guna mewujudkan ketahanan pangan. Prof. Andrew Campbell, Direktur Research Institute for the Environment and Livelihood (RIEL) dan Dekan School of Environment, CDU, dalam sambutannya selaku ketua tim CDU meminta Rektor Undana dalam kapasitas sebagai ilmuwan dalam bidang sosial-ekonomi pertanian untuk terlibat menjadi tim ahli pada beberapa proyek penelitian yang sedang maupun akan dilaksanakan antara CDU dan Undana. Lokakarya dihadiri oleh Tim Undana yang terdiri atas 5 dosen dari 3 fakultas, yaitu Jenny E.R. Markus dan Norman Riwu Kaho dari Fakultas Pertanian, Utma Aspatria dari Fakuktas Kesehatan Masyarakat, dan Adrianus Amaheka dan Elia Hunggurami dari Fakultas Sains dan Teknik, dan 6 orang mahasiswa dari ketiga fakultas tersebut ,Juga hadir utusan dari Dinas PU dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur, Nagekeo, TTS, Kopesda, Yayasan Pahadang Monjoru, dan Bappeda TTS. Tim CDU yang dipimpin oleh Prof. Andrew Campbell terdiri atas Dr. Penny Wurm (School of Environment), Prof. Charlie Fairfield (School of Engineering and Information Technology), Prof. Emma Williams (The Northern Institute), Prof. Ken Evans (School of Engineering and Information Technology), Mr. Sam Pickering Riel (RIEL), dan Ms. Sarah Hobgen (kandidat PhD dari RIEL).
Lokakarya dilaksanakan untuk mempersiapkan pelaksanaan penelitian lapangan yang akan dilaksanakan dengan tujuan umum untuk meningkatkan akses masyarakat di dareah irigasi terhadap air minum dan sanitasi yang sehat serta untuk meningkatkan produktivitas sistem irigasi di NTT yang diharapkan dapat meningkatkan kesejaterahan masyarakat petani. Tujuan khusus penelitian adalah untuk (1) meningkatkan kapasitas petugas pemerintah di tingkat propinsi dan kabupaten dalam membangun pemerintahan yang efektif terkait dengan pengelolaan air dan sanitasi, (2) menilai rancangan infrastruktur irigasi dan sanitasi terkait dengan kecocokan situasi lokal, dan (3) mengkomunikasikan kebutuhan lokal dan solusi lokal kepada pemerintah daerah dan pusat, dan mitra internasional.
Pertanyaan yang dibahas dalam pelaksanaan lokakarya yang berlangsung selama dua hari tersebut adalah: (1) Solusi teknik maupun pengelolaan seperti apa yang dapat meningkatan kefektifan infastrukur irigasi di empat DAS terbesar di NTT?, (2) Bagaimana ketersediaan air minum dan sanitasi yang sehat dapat tercapai dalam daerah irigasi ini?, (3) Faktor apa saja (fisik, pemerintahan, keuangan) yang berpengaruh tepat pada infrastruktur irigasi, (4) Struktur pemerintahan seperti apa yang dapat mendukung ketersediaan air irigasi, air minum dan sanitasi di daerah irigasi di NTT?, dan (5) Informasi apa lagi yang dibutuhkan untuk lebih memahami dampak dari pengelolaan DAS terhadap kualitas air dan sedimentasi. Untuk itu, lokakarya didahului dengan presentasi oleh sejumlah narasumber dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok untuk mempertajam pertanyaan penelitian.
Untuk mempertajam pertanyaan penelitian yang akan digunakan dalam pengumpulan data, peserta lokakarya dibagi menjadi kelompok sebagai berikut: (1) Kelompok Kerja Teknik Sipil, bertugas membahas rancang bagun bendungan dan memperkirakan masa pengunaanya serta meghasilkan informasi mengenai rancang bangun infrastrukur irigasi yang tepat untuk NTT, (2) kelompok kerja air minum dan sanitasi, bertugas menggambarkan ketersediaan kualitas air minum dan sanitasi di daerah irigasi serta menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk meningkatkan kualitas air minum dan efektifitas sanitasi, (3) kelompok kerja benchmarking dan tatakelola, bertugas menyiapkan pertanyaan wawancara untuk menilai keefektifan sistem irigasi melalui Rapid Rural Appraisal (RRA) serta menghasilkan rekomendasi untuk pengelolaan dan pemerintahan irigasi, dan (4) kelompok kerja pemantauan (monitoring), bertugas menggambarkan data dasar yang dibutuhkan untuk pengelolaan yang lebih baik, termasuk data debit air, curah hujan dan kekeruhan, serta menggambarkan dan mencoba cara sederhana untuk mengukur dan melaporkan data tersebut (misalnya buku kecil dengan cara mengukur dan melaporkan dengan FrontlineSMS)
Lokakarya dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan yang dilaksanakan di dareah irigasi Kambaniru di Kabupaten Sumba Timur pada 28-31 Mei 2018. Pengumpulan data dilakukan secara partisipatif dengan tujuan meningkatkan kapastitas lokal dalam penelitian, penilaian infrastruktur dan penilain pemerintahan. Secara keseluruhan, kegiatan penelitian terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut: (1) Pertemuan perkenalan program penelitian di tingkat kabupaten, (2) pengumpulan data sekunder, (3) lokakarya bersama kabupaten lain yang diselenggarakan pada 26-27 Mei 2007, (3) pengumpulan data di lapangan di Bendungan Kambaniru, Kabupaten Sumba Timur, sebagai sampel, (4) tabulasi dan penanalisaan data, dan (5) seminar laporan penelitian yang akan dilaksanakan di Kupang untuk diseminasi hasil penelitian. Dua tahap pertama sudah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.
Kegiatan lapangan pengumpulan data dilakukan di Bendungan Kambaniru, Kabupaten Sumba Timur. Kegiatan diawali dengan kunjungan lapangan ke bendungan Kambaniru pada sore hari 28 Mei 2015. Selain melihat keadaan sekitar bendungan, pada saat yang sama diadakan diskusi persiapan untuk melakukan diskusi kelompok fokus (Focus Group Discussion, FGD) dan untuk membahas panduan wawancara rumah rumah tangga yang akan dilaksanakan selama dua hari kegiatan lapangan pada 29-30 Mei 2015.
FGD dilakukan di Mailiru pada 29 Mei 2015 dan di Kelurahan Lambanapu pada 30 Mei 2015. Kedua FGD tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk menggali informasi informasi berkaitan dengan masalah sanitasi dan air bersih serta informasi berkaitan dengan pemnafaat air irigasi Bendungan Kambaniru dan permasalahan yang terjadi sebagai akibat dari adaya bendungan tersebut. FGD diikuti oleh perwakilan petani, ibu rumah tangga, aparat pemerintah desa/kelurahan, dan perwakilan perkumpulan petani pemakai air (P3A). Wawancara rumah tangga untuk uji kuesioner dilaksanakan di Desa Marumata terhadap 12 rumah tangga sampel, terdiri atas 6 rumah tangga sampel untuk uji coba kuesioner masalah sanitasi dan 6 rumah tangga sampel untuk uji coba kuesioner masalah irigasi. Pada hari Sabtu sore sampai malam haridilakukan evaluasi terhadap kegiatan lapangan selama dua hari. Peserta diminta melaporkan hasik wawancara dan temuan yang dialami di desa balam bentuk transkrip sebabagi data awal untuk pelaporan. Selain itu juga dilaksanakan diskusi untuk menilai dan melakukan perbaikan kuesioner. Kegiatan field work ini juga diakhiri dengan makan malam bersama di pelabuhan Waingapu.
0 komentar:
Posting Komentar