Setiba di kampus Undana, Menristekdikti disambut dengan pengalungan kain tenun NTT oleh Rektor Undana Prof. Fred Benu. Setelah mendengarkan paduan suara, Menristekdikti menyalami pimpinan Undana yang ikut menyambut, antara lain PR III Prof. Simon Sabon Ola dan PR IV Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., Ph.D. Menristekdikti selanjutnya diantarkan oleh Rektor menuju ruang kuliah umum. Kuliah umum dipandu langsung oleh Rektor Undana Prof. Fred Benu, didampingi oleh Wakil Gubernur NTT Benny Litelnoni dan kemudian juga oleh Gubernur NTT Frans Labu Raya yang hadir menyusul. Dalam sambutannya, Rektor Undana Prof. Fred Benu menyampaikan terima kasih kepada Menristekdikti yang telah menyempatkan hadir di kampus Undana. Setelah sedikit memberikan penjelasan mengenai Undana, Rektor mempersilahkan Menristekdikti untuk menyampaikan paparan mengenai Nawacita.
Menristekdikti mengawali paparannya dengan menyampaikan informasi mengenai penyesuaian organisasi kementerian hasil penggabungan Kementerian Riset dan Teknologi dan Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Natsir mengungkapkan DIKTI tidak lagi ada setelah dilebur menjadi satu kementerian dengan Ristek. Nasir mengatakan dikementeriannya saat ini didukung 5 Direktoral Jenderal. Tiga direktorat Jenderal akan berurusan langsung dengan Pendidikan Tinggi supaya masalah-masalah yang ada di perguruan tinggi bisa diselesaikan dengan baik. Direktorat tersebut adalah Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Kelembagaan yang menyangkut dengan izin, pembukaan program studi, serta Direktorat Jenderal Sumber Daya, menyangkut urusan dosen, urusan jabatan fungsional, rekrutmen dosen, dan beasiswa untuk dosen, dan perubahan aset. Selain itu, guna mendorong pengembangan riset dan teknologi terdapat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, serta Direktorat Jenderal Inovasi.
Lima Direktorat di Kementerian Ristekdikti ini diarahkan untuk merealiasaikan program Nawacita, bagaimana membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesaia. Dalam upaya tersebut, diperlukan sumberdaya manusia yang unggul dan kompetitif. “Jangan sampai sumberdaya terbagun sentralistik di kota-kota besar. Pembangunan sumberdaya manusia yang merata dan berdaya saing akan mendorong pemerataan ekonomi, serta aplikasi hasil-hasil penelitian yang lebih produktif”, Nasir menjelaskan. Natsir melanjutkan, “Undana sebagai lembaga pendidikan dan juga penelitian diharapkan mampu mengembangkan penelitian-penelitan aplikatif yang mendukung dunia usaha. Bagaimana akademisi, pemerintah daerah, dan dunia usaha mampu bersinergi, sehingga meningkatkan produkstifitas. Dunia usaha tentu menginginkan investasinya dapat kembali dalam jangka waktu yang terukur”. Selain itu, Nasir mengingatkan perguruan tinggi agar menjaga kualitas lulusan. Lulusan perguruan tinggi tidak mampu bersaing dan menjadi pengangguran dapat menimbulkan permasalahan baru yang jauh lebih merepotkan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. “Kita akan menghadapi masalah yang lebih besar apabila di Negara kita banyak memiliki pengangguran terdidik ini, terlebih kita akhir tahunini akan menghadapi MEA”, imbuh Nasir.
Terkait kualitas pendidikan, Menteri Nasir mengingatkan bagaimana semua pihak menjaga marwah pendidikan kita. Nasih menegaskan kementeriannya akan membersihkan ijasah-ijasah yang cara perolehannya tidak dengan proses yang benar. Menteri juga menghimbau Gubernur NTT yang hadir dalam acara ini untuk mengecek keabsahan ijasah para pegawainya. Begitu juga di lingkungan Kemenristekdikti. “Coba telusuri ijasah para pegawai, dosen, maupun mahasiswa. Kalau ditemukan ada yang menggunakan ijasah palsu, maka kita akan bersihkan. Jangan sampai dosen yang mengajarkan kejujuran malah berbuat tidak jujur imbuhnya. Modus ijasah palsu ini bermacam-macam. Ada orang yang tanpa kuliah mendapatkan ijasah. Ada juga dengan kuliah tetapi prosesnya pembelajarannya tidak benar. Orang hanya dalam satu tahun kuliah sudah memperoleh gelar sarjana. Jadi penting membangun Negara ini dengan manusia yang handal, berintegritas”, papar Nasir. Hal senada juga disampaikan Gubernur NTT Frans Lebu Raya. NTT sebagai daerah terdepan di perbatasan memeiliki tantangan yang besar. “Kita harus menyiapkan sumberdaya yang mumpuni agar mampu bersaing”, kata Gubernur Frans Lebu Raya.
Sementara itu, lebih jauh Muhammad Nasir mengungkapkan masih memiliki beberapa pekerjaan besar yang akan diselesaikan di kementeriannya. “Saat ini fokus kita ada pada penertiban ijasah palsu, berikutnya baru kita akan menata dan menertibkan kelas jauh, dan sinkronisasi aturan. Aturan publikasi pada mahasiswa yang menyelesaikan studi misalnya, mahasiswa kita dipaksa harus publikasi pada jurnal nasional terakreditasi, tetapi kita tau bersama berapa jumlah jurnal terakreditasi kita”, ingkap Nasir menanggapi pertanyaan direktur Program Pascasarjana Undana terkait permasalahan ini. Seusai memberikan kuliah umum, Menteri dicecar banyak pertanyaan oleh kalangan awak media berkaitan dengan masalah yang terjadi di Universitas PGRI Kupang. Selanjutnya Menteri dan rombongan berkenan menikmati jamuan makan siang bersama dengan Rektor dan pimpinan Undana, Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, dan pimpinan DPRD Provinsi NTT. Didampingi oleh Rektor, serta Gubernur dan Wakil Gubernur NTT Menteri selanjutnya memasuki Ruang Rapat Rektor untuk menyelesaikan permasalahan Universitas PGRI Kupang, tetapi karena Rektor Universitas PGRI tidak hadir maka rapat dibatalkan dan Menteri bersama rombongan meninggalkan kampus Undana.